REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan mereka kehilangan kontak dengan dua warga Israel yang menjadi tawanan dan ditahan di Kota Gaza. Brigade al-Qassam mendesak Israel menghentikan sementara agresi dan operasi militer daratnya di Kota Gaza guna menjamin keselamatan kedua tawanan tersebut.
"Nyawa kedua tahanan berada dalam bahaya nyata, dan pasukan (Israel) harus segera mundur ke selatan Jalan 8 dan menghentikan operasi udara selama 24 jam mulai pukul 18:00 hari ini untuk memungkinkan upaya penyelamatan para tahanan,” kata Brigade al-Qassam dalam sebuah pernyatan, Ahad (28/9/2025), dikutip laman Al Arabiya.
Dalam keterangan sebelumnya, Brigade al-Qassam mengungkapkan, hilangnya kontak dengan kedua tawanan disebabkan oleh operasi militer Israel di dua lingkungan selatan Kota Gaza selama 48 jam terakhir. Selama periode tersebut, Israel mengintensifkan serangan udara dan daratnya ke Kota Gaza.
Saat Hamas melancarkan serangan dadakan ke Israel pada 7 Oktober 2023, mereka turut menangkap dan menawan 251 warga Israel. Selama perang yang hampir berlangsung dua tahun, Hamas telah secara bertahap membebaskan para warga Israel yang ditahan.
Saat ini Hamas masih menawan 47 warga Israel di Jalur Gaza. Namun militer Israel meyakini, 25 di antaranya telah tewas. Hamas sempat menyampaikan tewasnya sandera merupakan dampak yang turut timbul akibat brutalnya agresi Israel.
Meski telah menulai kecaman dan kutukan luas komunitas internasional terkait agresi Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sama sekali tak terusik. Saat berpidato di Majelis Umum PBB baru-baru ini, Netanyanu menyatakan akan menyelesaikan tugasnya melawan Hamas. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 66 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya ke wilayah tersebut pada 7 Oktober 2023.