Rabu 01 Oct 2025 17:50 WIB

Tim SAR Buat Gorong-Gorong 60 Cm Jadi Jalur Evakuasi Korban Runtuhan Ponpes Al Khoziny

Metode evakuasi konvensional dinilai terlalu berisiko.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025) malam. Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025) malam. Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO - Tim evakuasi gabungan dari Badan SAR Nasional (Basarnas) terus berupaya menyelamatkan korban yang masih tertimbun reruntuhan bangunan lantai tiga di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Perkembangan terbarunya, petugas memutuskan untuk membangun gorong-gorong sebagai jalur akses evakuasi menuju titik-titik yang diduga terdapat korban.

Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan langkah ini diambil menyusul kondisi konstruksi bangunan yang dinilai tidak stabil, sehingga metode evakuasi konvensional dinilai terlalu berisiko. "Konstruksi yang saat ini terjadi reruntuhan ini satu titik ada getaran saja bisa menimbulkan dampak-dampak lain sehingga kita akan melakukan alternatif-alternatif tindakan," katanya dalam konferensi pers, Rabu (1/10/2025).

Pembuatan gorong-gorong ini dilakukan untuk menjangkau 15 titik lokasi yang dicurigai terdapat korban tertimbun. Dari jumlah tersebut, delapan titik diklasifikasikan sebagai status hitam atau korban diduga meninggal dunia, dan tujuh titik lainnya masih berstatus merah atau kemungkinan ada korban yang menunjukkan tanda-tanda bahwa masih hidup.

"Saat ini, untuk menyentuh ke titik korban kita harus membuat gorong-gorong di bawah tanah. Dan kalau kita tahu konstruksi awal dari permukaan dasar dari bangunan ini merupakan timbunan-timbunan dari bangunan lama," ucapnya.

"Upaya yang bisa kita lakukan saat ini melakukan evakuasi dengan cara membuat gorong-gorong menuju 15 tersebut," katanya menambahkan.

Meski opsi ini diambil, Syafii tak menepis bahwa dalam pengerjaan gorong-gorong tetap mengandung risiko tinggi. Ia mengungkapkan longsoran kecil masih terjadi di beberapa sisi selama proses penggalian.

"Saat kita membuat galian ini pun berisiko, kiri-kanan juga ada longsoran-longsoran kecil sehingga akses untuk bisa masuk hanya 60 cm karena di situ ada kolom-kolom beton-beton yang terjadi," ungkapnya.

Basarnas juga menyampaikan proses evakuasi saat ini masih berada dalam rentang waktu emas atau golden time, yaitu 72 jam pertama sejak kejadian berlangsung pada Senin (29/9/2025). Sejauh ini, 11 korban berhasil dievakuasi dari bawah reruntuhan, sementara proses pencarian terus difokuskan untuk menyelamatkan korban lainnya.

"Sesuai teori memang 72 jam, namun saat kita sudah bisa menyentuh korban, kita sudah bisa suplai minuman vitamin, bahkan infus, memungkinkan yang bersangkutan bisa bertahan lebih lama," ucapnya.

Sejauh ini, sebanyak 379 personel telah dikerahkan dalam operasi ini, dengan 12 anggota Basarnas khusus diturunkan untuk menangani pembangunan gorong-gorong. Seluruh tim juga dilengkapi peralatan khusus serta suplemen medis untuk diberikan langsung kepada korban yang berhasil dijangkau.

"Dengan membuat gorong-gorong tersebut bagian dari langkah yang minim mendatangkan bahaya lanjutan. Tim yang terjun juga dibekali semua kebutuhan peralatan dan juga suplemen untuk korban," kata dia. Syafii juga menegaskan pembatasan akses seperti clear area bagi warga bukan karena niat menutup diri, melainkan murni demi keselamatan semua pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement