Senin 06 Oct 2025 21:26 WIB

Tragedi Pesantren Al Khoziny, Menteri PUPR: Hanya 50 Ponpes yang Punya IMB

Kita akan evaluasi semua pondok pesantren, pelan-pelan kita benahi, kata Menteri PUPR

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Dody Hanggodo saat sesi doorstop dengan awak media di lokasi kejadian, Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (6/10/2025).
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Dody Hanggodo saat sesi doorstop dengan awak media di lokasi kejadian, Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (6/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Dody Hanggodo menyoroti runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (29/9/2025). Dia menyoroti data yang menyebut bahwa hanya sekitar 50 ponpes di wilayah tersebut yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).

Meski enggan berkomentar panjang mengenai penyebab ambruknya bangunan dan soal legalitasnya seperti ketiadaan IMB atau PBG, Dody menyebut hal itu menjadi pekerjaan rumah besar yang harus ditangani secara serius ke depan. Dia pun menegaskan Kementerian PUPR bersama pemerintah daerah akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kualitas bangunan di seluruh pondok pesantren.

Baca Juga

"Kita akan evaluasi semua pondok pesantren. Pelan-pelan, kita benahi bersama Pemda setempat dan Kemendagri, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali," ujarnya saat peninjauan langsung ke lokasi runtuhnya bangunan empat lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, Senin (6/10/2025) sore.

Sementara terkait dugaan proses pembangunan melibatkan santri di bawah umur, Dody membantah secara tegas. Ia menilai perlu hati-hati dalam menyampaikan informasi yang belum terverifikasi, mengingat banyak bangunan pesantren dibangun secara swadaya oleh komunitas internal pesantren.

"Jangan bilang begitu. Ini kan dari santri untuk santri. Kalau kita bicara begitu, bisa menyesatkan. Harus ada data dan verifikasi," katanya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika DIY Jateng & Jatim (@republikajogja)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement