REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO --- Seorang siswa kelas 3 SD berinisial TA (9 tahun) di Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah, meninggal dunia setelah diduga dirundung oleh teman sekolahnya. Saat ini kasus tersebut sedang diselidiki Polres Wonosobo.
Ayah TA, Dedik Handi Kusuma (34 tahun), mengungkapkan, sebelum meninggal, putranya mengeluh sakit pada bagian perut. "Saya tanya sakit perut itu karena apa? Terus anak saya bilang kalau dia sakit perut karena dipukul teman di sekolah," ungkap Dedik ketika dihubungi, Jumat (10/10/2025).
Saat pertama kali ditanya, TA mengaku dipukul oleh seorang teman sekelasnya. "Tapi hari ini saya dapat info lagi kalau anak saya katanya dikeroyok di belakang aula," kata Dedik.
Ketika ditanya kapan dugaan pemukulan terhadap TA terjadi, Dedik mengaku tak mengetahui pasti. Dedik mengatakan, TA hanya sempat menceritakan bahwa pemukulan terhadapnya terjadi pada waktu upacara. Namun Dedik curiga, pemukulan kepada putranya terjadi lebih dari satu kali.
TA pun sempat menyampaikan kepada Dedik bahwa dia ingin pindah sekolah. Berkaitan dengan sakit pada bagian perut yang dialami TA, Dedik memutuskan membawa putranya ke klinik.
Meski sudah sempat mengonsumsi obat yang diresepkan dokter, kondisi TA tak membaik. Dia justru mulai mengalami sesak napas dan akhirnya harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Wonosobo pada Sabtu (4/10/2025) malam.
Sesampainya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah, setelah dokter mengetahui keluhan TA, mereka langsung memasang infus dan alat bantu pernapasan. Dedik pun sempat menceritakan kepada dokter dan perawat bahwa putranya mengeluh sakit pada bagian perut karena dipukul teman sekolahnya.
Dokter yang melakukan penanganan akhirnya menganjurkan agar TA menjalani rontgen. "Tadi saya lihat hasil rontgen itu ada tulang rusuk yang retak atau patah. Itu hasil rontgen yang pas (TA) mau masuk bangsal, tapi saya baru lihat hari ini," kata Dedik.
Dia menambahkan, tim dokter juga sempat menyedot cairan di paru-paru TA. Dedik melihat cairan tersebut seperti darah segar. "Cairan itu hampir dua liter, tapi pasti meninggal itu dua liter lebih sedikit, warna merah," ujarnya.
Meski sudah dirawat cukup intensif, kondisi TA terus menurun dan akhirnya meninggal pada Selasa (7/10/2025) malam. Dedik memastikan putranya tidak memiliki riwayat sakit keras apa pun.
Dedik mengaku tak melaporkan dugaan perundungan yang dialami putranya ke polisi. Menurutnya, polisi mengetahui kasus kematian TA dari salah satu saudaranya. "Pihak Polres langsung datang minta keterangan," katanya.
Dedik mengaku sudah sempat menghubungi wali kelas TA untuk meminta penjelasan soal dugaan perundungan. "Wali kelas bilang tidak tahu menahu masalah ini. Apakah di sekolahan berkelahi atau tidak, itu pihak sekolah tidak tahu," ucapnya.
Dia pun sempat menghubungi orang tua dari siswa yang diduga melakukan pemukulan terhadap TA. Namun orang tua dari siswa terkait membantah anaknya telah memukul TA.
Menurut Dedik, awalnya dia menolak jenazah putranya diautopsi. Namun polisi menyampaikan padanya autopsi perlu dilakukan guna memastikan penyebab kematian TA. Meski berat hati, Dedik akhirnya mengizinkan jasad TA diautopsi. Dedik berharap ada titik terang soal penyebab kematian putranya.
Penyelidikan dan Ekshumasi
Saat ini kasus kematian TA tengah diselidiki Polres Wonosobo. Kasat Reskrim Polres Wonosobo AKP Arif Kristiawan mengungkapkan, pihaknya mendapat laporan soal kasus meninggalnya TA dari Polsek Kertek.
"Ada dugaan, kecurigaan, dari orang tua, adanya bullying semacam itu," ungkapnya ketika dihubungi, Jumat (10/10/2025).
Dia menambahkan, setelah memperoleh informasi tersebut, Polres Wonosobo segera melakukan penyelidikan. Menurut Arif, sejauh ini pihaknya sudah memeriksa enam saksi. "Kami klarifikasi orang tua, guru, dan lingkungan. Kami akan memeriksa saksi-saksi yang ada di TKP dan bisa memberikan keterangan seperti apa peristiwa tersebut," ucapnya.
Arif menerangkan, guna memastikan penyebab kematian TA, pihaknya meyakinkan keluarga dan orang tua TA untuk dilakukan autopsi. Awalnya keluarga TA menolak. Namun setelah polisi memberikan gambaran dan pemahaman, mereka akhirnya mengizinkan kepolisian melaksanakan ekshumasi.
Arif mengungkapkan, proses ekshumasi terhadap makam TA telah dilakukan pada Kamis (9/10/2025). "Kecurigaan orang tua ada kekerasan semacam itu. Makanya untuk memastikan itu, kami melaksanakan tindakan ekshumasi kemarin," katanya.
Dia menambahkan, proses ekshumasi dilaksanakan oleh tim dari Biddokkes Polda Jawa Tengah (Jateng). Arif mengungkapkan, ekshumasi mulai dilaksanakan pukul 09:00 WIB. Jenazah TA dibawa ke RSUD Wonosobo. Proses pengebumian kembali dilakukan sekitar pukul 15:00 WIB.
"Jadi dari pihak keluarga ada yang bersama kami mengikuti jalannya autopsi itu," ujar Arif. Dia mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil dari autopsi.