REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pembangunan ekosistem kecerdasan buatan (AI) di Indonesia memasuki babak baru dengan diresmikannya AI Center of Excellence, hasil kolaborasi Telkom Indonesia dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengatakan pembentukan pusat AI di kampus bukan hanya program riset semata, melainkan strategi kunci untuk mencetak talenta digital dan memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam persaingan global.
Pusat riset dan pengembangan AI ini diharapkan menjadi penopang vital pertumbuhan ekonomi digital nasional yang diprediksi terus melesat dalam satu dekade mendatang.
"Di Asia Tenggara sendiri, pada 2030 pertumbuhan ekonomi digital itu bisa mencapai 1 triliun (dolar AS) dan 40 persennya disumbangkan dari Indonesia. Nah, di sinilah AI Center of Excellence untuk menopang pertumbuhan ekonomi digital ini nantinya," ujar Nezar saat menghadiri penandatanganan kerja sama Telkom-UGM di GIK UGM, Sabtu (15/11/2025).
Nezar menyakini dengan populasi penduduk terbesar di kawasan, Indonesia mampu memegang peran kunci dalam peta ekonomi digital Asia Tenggara. Menurut dia, Indonesia kini berada dalam momentum krusial, sehingga percepatan adopsi AI bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan strategis untuk memastikan daya saing nasional di era digital.
"Kita diharapkan berkontribusi sekitar 366 miliar dolar AS di tahun 2030 untuk ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara," ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya replikasi model kerja sama serupa di kampus-kampus lain. Pemerintah, lanjutnya, tengah memfinalisasi peta jalan nasional dan etika AI, yang segera dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) sebagai landasan kebijakan.
"Saya kira inisiatif ini adalah salah satu bentuk yang bisa diterapkan juga nantinya dan bisa ditiru di kampus-kampus yang lain dan tempat-tempat yang lain," kata Nezar.
"Kami harapkan AI Center of Excellence ini bisa menjadi pusat untuk pembelajaran AI, riset, dan menciptakan inovasi-inovasi yang berguna, memberikan solusi-solusi yang berbasis 'artificial intelligence' untuk mengatasi sejumlah persoalan-persoalan yang kita hadapi hari ini," ujarnya menambahkan.
Direktur IT Digital Telkom Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi, menyambut kolaborasi ini sebagai pilar penting pengembangan AI di tanah air. Menurutnya, inovasi tidak bisa berjalan jika perusahaan bergerak sendiri tanpa riset dasar dari perguruan tinggi.
"Inovasi yang sifatnya panjang, waktunya lama, biayanya besar dengan pengetahuan dasar, riset-riset dasar itu kita tidak mampu. Maka dunia perguruan tinggi sangat penting," ujar Faizal.
Ia menggambarkan peran kampus dan industri sebagai dua kekuatan saling melengkapi.
"Ketika kekuatan itu digabungkan, magic will happen. Kami memilih UGM, karena UGM adalah salah satu kampus tertua dan terkemuka di Indonesia, dengan banyak inovasi yang apabila dibawa ke pasar akan menjadi sesuatu yang besar," ungkapnya.
Sementara itu, Rektor UGM, Prof Ova Emilia menyampaikan, AI Center of Excellence menjadi bagian penting dalam memperkuat ekosistem inovasi kampus sekaligus mempercepat hilirisasi riset. Pusat ini bukan hanya milik UGM, tetapi dibangun sebagai ruang kolaboratif antar-universitas dan industri.
"Ini menjadi suatu hub 'link and match' antara industri dan dunia kampus yang tentunya akan menjadi suatu ekosistem besar untuk mempercepat apa yang sudah kita lakukan," ujar Ova.
Lebih jauh, Ova menyebut banyak inovasi yang selama ini dikembangkan kampus akhirnya bisa lebih cepat diadopsi oleh dunia usaha, kebijakan publik, maupun sektor strategis nasional.
"Kami berharap talenta-talenta dari berbagai universitas, karena AI Center of Excellence ini merupakan multi-university hub dapat mendukung terciptanya inovasi yang bermanfaat bagi bangsa," katanya.