REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)
Pembaca yang kreatif, dalam sikap mental positif hanya ada dua keadaan yaitu berhasil dan belajar. Dalam aktivitas keseharian kita sering melihat, mendengar, dan bisa saja merasakan.
Seseorang yang mengikuti ujian akhir, menjalankan bisnis, dan mengikuti seleksi hasil yang diperoleh sangat jelas yaitu berhasil atau gagal. Ketika Anda terbiasa mengikuti In House Training, maka dalam pekerjaan diperlukan motivasi bekerja dan sikap terbiasa dengan berbagai situasi.
Kata gagal bisa dimaknai sebagai proses belajar. Semua adalah variasi dalam hidup. Ketika seseorang mendapatkan kegagalan sebelum memulai kariernya, maka kegagalan yang dia dapati itu bisa menjadi proses pembelajaran baginya.
Yang paling baik adalah melihat kepada diri sendiri. Apakah usahanya kurang maksimal? Belum fokus dengan proses yang dijalani dan terkesan sekedar ikut-ikutan? Atau kurang mencari pandangan dan kurang belajar dari pengalaman orang lain.
Pembaca yang kreatif, mengapa orang harus belajar? Cara sederhana ketika kita melihat orang itu belajar adalah dengan melihat bagaimana orang itu bersikap dengan persoalan yang dialaminya.
Seorang teman kantor bernama Satya Abdul Halim yang berusia 20-an tahun jika diminta berbicara dan menyampaikan kata pengantar suatu acara bisa terlihat seolah berusia 40-an tahun. Itu tergambar dari susunan kata, uraian kalimat, serta ketenangannya dalam berbicara. Terlihat muncul kematangan lewat pengalamannya. Padahal usianya masih jauh dari perkiraan.
Sesekali cobalah Anda memperhatikan teman kantor atau rekan bisnis Anda ketika memberikan nasihat. Perhatikan apa yang dia sampaikan. Bisa saja Anda akan mendapatkan gambaran kalau teman Anda itu terlihat lebih tua dari usianya. Walaupun ada juga yang memang wajahnya terlihat lebih tua dari usianya. Mungkin itu beban kerjanya yang sering berlebih atau ya memang orangnya seperti itu...hehe.
Pembaca yang kreatif, suatu ketika, kita bertemu dengan orang yang terlihat pintar namun menyikapi persoalan hidupnya penuh emosi. Apa yang membuat seseorang seperti itu? Pintar menunjukkan Anda fokus pada satu hal dan anda tekuni hal itu sampai mahir.
Cerdas itu Anda mempelajari satu hal fokus sampai mahir. Namun di balik itu ada loncatan hasil yang anda tunjukkan. Saat menghadapi persoalan, Anda bisa loncat dan membalikkan keadaan. Mentok dengan rencana kerja, ada solusi yang muncul dengan alternatif pilihan.
Cerdaslah dalam menyikapi persoalan. Kita perlu memiliki ilmu pandai-pandai. Tentu orang punya cara berbeda dalam menerima kenyataan. Pesan bisa diterima dengan cara berbeda. Anda bisa memulai dengan memahami orang lain, membuat mereka nyaman, dan masuk dalam percakapan mereka. Selanjutnya Anda akan mengerti cara yang tepat untuk meyakinkan mereka. Terkadang tujuan orang hanya butuh didengarkan.
Pembaca yang kreatif, tentunya Anda juga memiliki tujuan. Kalau Anda memilikinya, Anda hanya perlu memperjelas tujuan itu. Karena jika tidak jelas, bisa jadi tujuan itu akan kembali kesitu-situ lagi. Salah satu cara memperjelasnya adalah tanyakan pada diri sendiri apakah ini kebutuhan atau sekedar keinginan Anda?
Energi kebutuhan akan membuat Anda memiliki semangat yang kuat untuk meraih tujuan Anda. Mahasiswa sering berkomentar dalam media sosial tentang kata "panutanku". Anda boleh berbicara dan mendapatkan masukan dari orang-orang yang selama ini menjadi panutan sebagai mentor Anda. Karena sikap mental positif mereka telah membawa mereka menjadi orang yang sangat sukses dan dapat menginspirasi Anda. Sehat dan sukses selalu.