Ahad 22 Aug 2021 16:50 WIB

Kubah Lava Gunung Merapi Alami Perubahan Morfologi

Perubahan morfologi kubah lava barat daya Merapi akibat guguran dan awan panas.

Kubah lava di puncak Gunung Merapi terlihat dari Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (15/1/2021). Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat volume kubah lava baru Gunung Merapi mencapai 4.600 meter kubik teramati mulai muncul sejak 4 Januari 2021 lalu.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Kubah lava di puncak Gunung Merapi terlihat dari Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (15/1/2021). Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat volume kubah lava baru Gunung Merapi mencapai 4.600 meter kubik teramati mulai muncul sejak 4 Januari 2021 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan kubah lava di sebelah barat daya Gunung Merapi mengalami perubahan morfologi.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan perubahan morfologi kubah lava itu berdasarkan hasil analisis morfologi dari Stasiun Kamera Deles 5, Tunggularum, Ngepos, dan Babadan 2 pada periode 13-19 Agustus 2021.

"Teramati adanya perubahan morfologi pada kubah lava barat daya akibat aktivitas guguran dan awan panas," kata Hanik.

Pada periode itu, BPPTKG mencatat volume kubah lava di sebelah barat daya mencapai 1.350.000 meter kubik atau mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil foto udara pada 28 Juli 2021 yang masih tercatat 1.878.000 meter kubik.

Kubah lava di tengah kawah puncak Gunung Merapi tidak mengalami perubahan morfologi atau relatif tetap. Berdasarkan foto udara pada 28 Juli 2021, volume kubah tengah 2.817.000 meter kubik.

Sepanjang pengamatan selama sepekan, kata dia, Merapi 20 kali meluncurkan awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 3.500 meter, sedangkan guguran lava teramati 172 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.

Dalam sepekan, Gunung Merapi tercatat mengalami 20 kali gempa awan panas guguran (AP), 79 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), tiga kali gempa low frekuensi (LF), 228 kali gempa fase banyak (MP), 1.969 kali gempa guguran (RF), 82 kali gempa hembusan (DG), dan empat kali gempa tektonik (TT).

"Intensitas kegempaan pada pekan ini lebih rendah dibandingkan dengan pekan lalu," ujar Hanik.

Ia menyimpulkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. BPPTKG hingga saat ini mempertahankan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.

Warga diminta mewaspadai potensi dampak guguran lava dan awan panas Gunung Merapi di sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

"Kalau terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi dapat menjangkau area dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement