REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra
Pembaca yang kreatif, dalam pelatihan public speaking untuk lingkungan UMKM yang dilaksanakan oleh BNNP DIY, saya memberikan contoh dengan memerankan seorang sales yang menjual alat-alat kantor. Peran pertama, saya mengucapkan salam, mengenalkan nama, serta mengenalkan usaha yang saya geluti.
"Bapak ibu sekalian, terima kasih kehadirannya. Saya ingin mengenalkan sebuah spidol yang bisa bapak ibu gunakan. Silakan dibantu bapak ibu. Saya lagi mengejar target penjualan bulan ini. Please, berapa saja boleh. Harganya tidak mahal. Rp 7.000 saja."
Kemudian saya berkeliling dan bertanya kepada masing-masing peserta. "Beli apa tidak pak/bu?". Respons yang saya dapatkan di antaranya adalah menggeleng, angkat tangan, berkata "tidak", ucapan "terlalu mahal", "tidak butuh", atau "masih punya".
Kalaupun ada yang mengatakan iya maka itu dikarenakan belas kasihan saja. Tentu sebagai sales saya juga tidak mau orang membeli hanya karena tidak enak ditawarin terus atau rasa kasihan.
Pembaca yang kreatif, mengapa orang membeli produk Anda? Selain butuh mesti ada yang harus anda tekankan. Contoh spidol. Seberapa sering seseorang membutuhkan spidol? Perkirakan saja, Anda tentu sudah mengerti jawabannya. Ini bukan hanya soal produknya, ini adalah persoalan seberapa kuat anda memberi nilai.
Kemudian saya memberikan contoh peran kedua. "Bapak ibu, saya Erik Hadi Saputra. Senang sekali bisa bertemu dengan bapak ibu. Semoga setiap harinya selalu sehat, diberikan kebaikan, mudah urusan, lancar rezeki, dan lunas semua utang".
Secara refleks hadirin mengamini. "Bapak ibu, saya memiliki satu produk yang ingin saya sampaikan, ini (spidol). Melihat ekspresi bapak ibu saya mengetahui bahwa spidol ini sepertinya tidak begitu bapak ibu butuhkan. Maukah bapak ibu saya berikan satu cara agar semua lebih bermakna, bermanfaat, dan tidak sia-sia? Belilah spidol ini dan berikan kepada anak-anak yang sedang belajar di TPA, balai RW, rumah singgah, dan mungkin orang pribadi yang peduli di rumahnya membantu anak-anak sekitar untuk lebih cepat mengaji, membaca, dan berhitung. Setiap goresan tintanya, Insya Allah Anda men dapatkan pahalanya. Mau beli berapa?"
Para peserta pun tersenyum dan mulai merespons macam-macam mulai dari "Ada satu boks?", "beli semua", " beli lima" dan lain-lain di mana seba gian besar peserta menyebutkan angka, walaupun tetap ada saja yang mengatakan tidak. He he.
Pembaca yang kreatif, semoga Anda mulai memahami salah satu cara mengenalkan dan menjual produk anda. Berilah orang yang anda temui sebuah nilai untuk mereka pikirkan dan terinspirasi dengan itu. Semakin memberi nilai maka mereka akan konsisten membelinya dari Anda. Kalau sudah begitu, selamat. Anda sudah mulai mendapatkan banyak pelanggan baru.
Mengapa mereka mau berlangganan? karena mereka tidak menyangka mereka tertarik dan Anda berhasil menyentuh sisi personal mereka. Ibaratnya, pertemuan singkat namun memikat. Oleh karena itu, bersiaplah dengan kedatangan mereka kembali. Jadikanlah mereka teman Anda. Teman mengobrol bahkan sesekali ajaklah ngopi.
Pembaca yang kreatif, kalau orang tidak membeli produk Anda bukan berarti dia tidak suka kan?
Bisa jadi dia belum atau bahkan tidak membutuhkannya. Maka ajaklah untuk berpikir agar produk ini diberikan ke orang lain. Berlangganan namun beda tujuan. Bukan untuk dirinya namun untuk diberikan ke lembaga atau orang lain.
Sebagai contoh, Anda berlangganan koran Republika namun bukan untuk Anda. Anda mengirimkan alamat tujuan koran untuk sekolah atau lembaga yang masih membutuhkan. Ini semua bisa Anda lakukan jika pelanggan adalah teman. Ingatlah membeli untuk memberi. Sehat dan sukses selalu.