REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY telah melakukan pemetaan terkait kenakalan dan kejahatan jalanan (klitih). Berdasarkan pemetaan tersebut, ditemukan bahwa penyebab klitih di DIY dikarenakan keluarga yang tidak harmonis.
Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengatakan, hampir semua pelaku klitih di DIY berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Dalam keluarga tersebut, katanya, terjadi banyak konflik yang menyebabkan anak tidak nyaman berada di rumah.
"Entah itu orang tuanya bercerai, tidak diasuh oleh orang tuanya dan diasuh oleh orang lain, entah itu penuh dalam konflik walaupun ada ayah dan ibu, bahkan penuh kekerasan atau orang tuanya yang tidak memberi contoh yang baik," kata Erlina kepada Republika, Kamis (30/12).
Erlina menuturkan, berawal dari ketidakharmonisan di rumah yang membuat banyak anak berprilaku negatif. Bahkan, hal ini juga berdampak pada ketidaknyamanan anak saat berada di sekolah maupun lingkungannya.
Dengan begitu, lanjutnya, anak mencari perkumpulan yang membuat mereka nyaman seperti masuk dalam geng-geng. Geng ini yang banyak berujung pada kenakalan dan kejahatan jalanan.
"Kalau nyantolnya teman-teman yang berperilaku negatif, maka mereka juga cenderung akan berperilaku negatif," ujar Erlina.
Sementara itu, Kepolisian Daerah (Polda) DIY juga sudah menyebut bahwa penyebab klitih di DIY rata-rata dikarenakan penyalahgunaan obat terlarang. Utamanya yakni penyalahgunaan pil koplo.
Direktur Reserse Narkoba (Dirresnarkoba) Polda DIY, AKBP Bayu Adhi Joyokusumo mengatakan, pihaknya sudah melakukan identifikasi, pengungkapan hingga pengembangan terkait jaringan pengedar pil koplo di DIY.
"Pengembangan sampai ke luar kota, kami mengungkap dengan total 1,4 juta butir pil koplo. Kami lakukan pengembangan apakah satu jaringan ini saja yang masuk ke Yogya," katanya.
Wakil Kepala Kepolisian (Wakapolda) DIY, Brigjen Pol R. Slamet Santoso juga menyebut bahwa sebagian besar kasus klitih dipicu oleh obat-obatan terlarang. Upaya pencegahan klitih pun dilakukan dengan menggelar patroli dalam skala besar secara masif tiap harinya mulai dari tingkat Polda DIY hingga ke tingkat polres maupun polsek.
"Rata-rata hasil penyelidikan kita itu (klitih) dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu. Mereka berkumpul di tempat-tempat tertentu menjadi suatu kumpulan, pasti jadi lebih berani," kata Slamet.
Selain penyalahgunaan obat terlarang, orang tua yang memberikan fasilitas kendaraan bermotor juga menjadi salah satu penyebab masih maraknya klitih di DIY. Bahkan, fasilitas kendaraan bermotor ini diberikan kepada anak yang belum cukup umur untuk berkendara.
"Kalau anak belum cukup umur jangan diberi motor dulu karena itu sarana untuk dan menjadi salah satu faktor untuk berbuat hal yang tidak diinginkan. Karena dengan motor dia akan kumpul-kumpul," ujar Slamet.