Selasa 04 Jan 2022 20:57 WIB

Wabup Sleman Optimistis Ekspor Salak Naik pada 2022

Pemkab Sleman akan terus memberikan dukungan untuk pemasaran dan ekspor salak Sleman.

Wabup Sleman Optimistis Ekspor Salak Naik pada 2022 (ilustrasi).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Wabup Sleman Optimistis Ekspor Salak Naik pada 2022 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Wakil Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Danang Maharsa optimistis pada 2022 Kabupaten Sleman dapat memaksimalkan ekspor salak mengingat produktifitas komoditas unggulan lereng Merapi tersebut angat besar.

"Setiap tahunnya, Sleman mampu menghasilkan sekitar 2.040 hingga 2.880 ton salak per tahun. Kebutuhan ekspor salak sendiri mencapai sekitar 1.000 hingga 2.000 ton per tahunnya. Kami optimistis ekspor salak kita akan naik," kata Danang di Sleman, Selasa (4/1).

Baca Juga

Menurut dia, Pemkab Sleman akan terus memberikan dukungan untuk pemasaran dan ekspor salak Sleman ini. "Pemerintah Kabupaten Sleman akan terus melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan para kelompok tani," katanya.

Ia mengatakan, saat ini masih banyak kelompok petani salak yang belum terakomodir dalam kegiatan ekspor ini. "Kami juga akan mendorong akan dipermudahkannya proses birokrasi registrasi karena itu juga jadi kendala tidak terakomodirnya para kelompok petani salak kita," katanya.

Danang mengatakan, kondisi luas lahan perkebunan salak saat ini di Kabupaten Sleman terdapat seluas 3.000 hektare atau sekitar 6.000.000 rumpun yang tersebar di Kapanewon (Kecamatan) Turi, Tempel, dan Pakem.

"Adapun tanaman salak yang sudah produksi sekitar 3.000.000-4.000.000 rumpun atau diluas 1.500-2.000 hektare," katanya.

Ia mengatakan, selama 2021 salak Sleman sudah melakukan ekspor 160 ton salak ke Kamboja. Ekspor pada 2021 mengalami penurunan dikarenakan pandemi COVID-19 sehingga pengiriman ekspor hanya dilakukan melalui kapal laut. "Selain dari dampak pandemi COVID-19 ada beberapa permasalahan lain yakni kurangnya komunikasi antara pihak eksportir dengan kelompok-kelompok tani terintegrasi GAP (Good Agriculture Practises)," katanya.

Selain itu,kata dia, permasalahan lainnya yakni penurunan produktifitas salak per rumpun di tingkat petani disebabkan kurangnya pemeliharaan, pengairan dan pemupukan dan sebagian salak tidak produktif karena sudah tua atau usia lebih dari 20 tahun.

"Pemerintah Kabupaten Sleman akan terus berupaya untuk melakukan program pendewasaan pohon salak. Pohon-pohon salak kita sudah sangat tua usianya sudah lebih 20 tahun, di tahun 2022 akan dilaksanakan program cangkok induk pohon salak sehingga diharapkan akan meningkatkan produktifitas dan peningkatan kualitas salak di Kabupaten Sleman," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement