Jumat 25 Feb 2022 07:27 WIB
Inspira

Melihat Lukisan 

Mudah sekali bagi kita untuk berkomentar atas usaha yang sudah dilakukan orang lain.

Lukisan cat air (ilustrasi)
Foto: About Islam
Lukisan cat air (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta).

Pembaca yang kreatif, suatu ketika sahabat saya Ustaz Rahayu Widodo berbagi cerita tentang seorang siswa Sekolah Dasar (SD) yang bagitu bangga dan mengagumi lukisan yang dibuatnya. Dia begitu senang dengan hasil yang telah dibuatnya. 

Dia ingin teman-temannya melihat karyanya tersebut. Dia memasang lukisannya di majalah dinding (mading) sekolah dengan kepercayaan diri yang tinggi. Harapannya teman-teman satu sekolahan memberikan penilaian pada karyanya itu. 

Ada satu kalimat bangga yang dia tulis dibawah lukisan itu: "Barang siapa yang menemukan kekurangan pada lukisan ini, mohon memberikan tanda dengan tinta yang tersedia."

Apa yang terjadi? Beberapa jam kemudian, dia melihat lukisan terbaiknya itu dipenuhi dengan coretan berwarna-warni. Hal itu tentu saja mengganggu dan membuat lukisan aslinya pun sudah tidak dikenali lagi. 

Melihat kejadian itu, ia pun merasa usahanya sia-sia dan tidak berarti. Ia bertanya-tanya, mengapa teman-temannya setega itu melakukan hal tersebut? Dia menceritakan kejadian itu kepada gurunya dengan wajah berkaca-kaca. Gurunya pun memahami kondisi yang terjadi. 

Gurunya yang penuh wisdom itu pun memberikan saran kepadanya. "Besok, coba kamu pajang lagi lukisanmu. Kemudian tambahkan tulisan di bawahnya, barang siapa yang menemukan kekurangan atau kejanggalan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah disiapkan untuk memperbaikinya." 

Keesokan harinya, dia mulai menunggu apa yang akan terjadi. Dari kejauhan dia pun melihat respons teman-temannya setelah memajang lukisan kembali. Anehnya tidak ada satu pun temannya yang mengambil kuas dan mencoba memberikan coretan mereka untuk memperbaiki kekurangan pada lukisan itu. 

Esoknya dia menceritakan kembali suasana yang berbeda itu. Gurunya pun memberikan penjelasan, "Ada saja orang yang suka menemukan kekurangan maupun kesalahan yang dibuat oleh orang lain, walaupun orang itu sudah berbuat sesuatu yang berarti. Namun orang yang bisa memberikan perbaikan atas kekurangan orang lain itu tidaklah mudah. Sedikit sekali yang bisa memberikan penghargaan atas usaha orang lain."

Pembaca yang kreatif, mudah sekali bagi kita untuk berkomentar atas usaha yang sudah dilakukan orang lain. Padahal kerja kerasnya itu sudah menguras tenaga, pikiran dan waktunya saat itu. Namun usahanya terkadang tidak dirasa baik dengan standar orang yang berkomentar. 

Padahal orang yang berkomentar belum tentu bisa melakukan hal yang sama. Jika anda pernah berkomentar tentang hal itu. Pernahkah Anda berpikir bahwa yang anda komentari itu sudah pernah Anda lakukan?

Tidak pas rasanya kita mengomentari sesuatu yang kita sendiri belum tahu bahkan belum pernah melakukan dan menghasilkannya. Lebih baik kita memberikan apresiasi kepada karya orang lain karena itu wujud dukungan penguatan kepada mereka. Berkomentar baik itu mudah, namun mengapa ada saja orang yang enggan melakukannya?

Pembaca yang kreatif, kadang yang Anda sampaikan sebenarnya menunjukkan yang sering Anda katakan. Sikap yang Anda tunjukkan mencerminkan sikap yang sering Anda lakukan. Dalam suatu acara Prof M Suyanto memberikan sambutan dan memberikan penguatan satu hal kepada hadirin. "Cobalah berkomentar baik. Berikanlah comment yang bisa memberikan inspirasi baik untuk orang lain. Agar penguatan positif itu berdampak jangka panjang." Sehat dan teruslah terinspirasi.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement