REPUBLIKA.CO.ID,SALATIGA -- Persoalan kelangkaan serta mahalnya harga minyak goreng yang berlarut- larut di tengah- tengah masyarakat, terus memicu reaksi warga Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Berbagai elemen masyarakat yang mulai gerah serentak turun ke jalan dan melakukan aksi demo di kantor pemerintahan. Mereka menuding Pemerintah tidak becus mengatasi ‘krisis’ minyak goreng ini.
Situasi semakin memanas ketika pihak- pihak tak bertanggung jawab mencoba memanfaatkan momentum ini untuk memperkeruh susasan. Mereka menyusup dan memerankan provokator di tengah massa aksi.
Tak pelak aksi penyampaian aspirasi ini pun –mendadak-- menjadi beringas dan penjarahan di sejumlah toko bahan kebutuhan pokok terjadi di man- mana hingga situasi semakin kacau.
Massa juga mulai berani melawan aparat kepolisian dan melakukan tindakan- tindakan yang mengganggu keamanan serta ketertiban masyarakat umum lainnya.
Guna mengendalikan massa, jajaran Polres Salatiga segera turun tangan mengerahkan tak kurang 400 orang personilnya untuk melakukan pengamanan dan meredakan situasi. Aparat pun juga mulai menciduk para provokator. para aktor dibalik kericuhan tersebut.
Namun ini bukan peristiwa yang sesungguhnya dan hanya skenario dalam simulasi Sispamkota yang digelar oleh jajaran Polres Salatiga, yang digelar di Salatiga, Rabu (16/3).
Kapolres Salatiga, AKBP Indra Mardiana mengatakan simulasi tersebut digelar untuk meningkatkan kembali kemampuan anggota Polres Salatiga dalam melakukan manajemen penanganan aksi unjuk rasa yang berujung pada aksi anrkis.
“Dua tahun terakhir, kami jajaran Polres Salatiga sudah terkonsentrasi membantu penanganan Covid-19. Maka hari ini kita melakukan penyegaran kembali kemampuan anggota dalam menghadapi situasi yang tak terkendali,” ungkapnya.
Situasi yang tak terkendali tersebut, jelas Indra, tergambar dalam simulasi hari ini berkaitan dengan gejolak kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng di tengah- tengah masyarakat.
Dalam simulasi digambarkan bagaimana manajemen penanganan dan pengendalian massa yang dilaksanakan oleh anggota kepolisian (Polres Salatiga) yang terlibat.
“Tadi kita lihat, bagaimana kepolisian berupaya mengendalikan keadaan. Mulai dari tahap negosiasi, meminta menyampaikan aspirasi dengan audensi, hingga akhirnya memukul mundur demonstran dengan water canon dan unit satwa,” jelasnya.
Kapolres menambahkan, untuk Kegiatan simulasi Sispamkota ini kali ini melibatkan tak kurang 400 personel Polres Salatiga yang terdiri dari berbagai fungsi dalam Polri saling mendukung dan melengkapi dalam menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif.
Mulai dari satuan Intelkam, Lantas, Reskrim, Sabhara semuanya bergerak bersama- sama dan berkoordinasi saat menghadapi situasi kaau yang digambarkan dalam aksi unjuk rasa.
“Sekali lagi ini merupakan latihan untuk memadukan kemampuan unsur satuan kepolisian yang terlibat dalam pengamanan. Sehingga, kami berharap setiap aspirasi dapat disampaikan dengan cerdas, konstruktif dan sesuai dengan koridor hukum yang ada,” tandas kapolres.
Sementara itu, Wali Kota Salatiga, Yuliyanto mengatakan, hari ini berkesempatan untuk melihat kesigapan serta cara bertindak apparat kepolisian dalam menangani aksi unjuk rasa yang berlangsung anarkis dan mengganggu kamtibmas.
Untuk itu, wali kota megapresiasi langkah yang dilaksanakan oleh Polres Salatiga dalam rangka menjaga dan merawat kemampuan anggotanya.
Terkait dengan imbauan agar setiap aspirasi dapat disampaikan dengan cara- cara yang konstitusional dan mematuhi koridor hokum kemanan dan ketertiban, orang nomor satu di Kota Salatiga ini juga sependapat.
Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga selalu membuka kran komunikasi dengan semua pihak termasuk juga elemen masyarakat yang ingin menyampaikan suara dan aspirasinya. “Jika ada persoalan, sampaikan dengan baik dan elegan, pemerintah dan aparaturnya akan menrima dan berdialog,” tambah Yuliyanto.