REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Banyumas, Jawa Tengah kembali menambah satu gelar doktor baru yaitu bidang Ilmu Psikologi Pendidikan Islam. Dosen tersebut adalah Dr Tri Na’imah MSi. Ia berhasil menyelesaikan studi S3 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tri Na’imah yang juga dosen Fakultas Psikologi UMP itu mengusung judul disertasi Workplace Well-Being Guru Taman Kanak-Kanak: Analisis Variabel Organisasional sebagai Anteseden.
Rektor UMP, Dr Jebul Suroso yang menghadiri langsung sidang Promosi Doktornya di UMY mengatakan bahwa bertambahnya jumlah doktor ini merupakan suatu hal yang patut disyukuri. Ia mengatakan dengan meraih gelar doktor bukanlah akhir, namun awal dari perjalanan yang baru.
UMP berkomitmen untuk menjaga kualitas tenaga pengajarnya dengan terus mendorong dosen-dosen untuk mencapai gelar akademik tertinggi, menurutnya saat ini cukup banyak dosen-dosen yang sedang menempuh S3 baik di dalam maupun di luar negeri.
“Kami berharap kiprah yang lebih besar dari para dosen yang sudah menyandang gelar Doktor sebagai gelar pendidikan tertinggi di bidang akademik," jelasnya, Kamis (16/6/22).
Lebih lanjut Rektor mengatakan dengan tambahan doktor baru di bidang Ilmu Psikologi Pendidikan Islam, maka UMP sekarang telah memiliki dosen dengan klasifikasi S3 sebanyak 101 doktor.
Sementara itu Tri Na'imah dalam sidang disertasi terbukanya mengatakan, penelitian ini menemukan konstruksi workplace well-being guru terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi sosial, dimensi emosi, dimensi profesional dan dimensi ‘amal jariyah.
"Dimensi Sosial menjelaskan bahwa well-being di tempat kerja berkaitan dengan pengalaman sosial, integrasi sosial dan kerjasama guru dengan komunitas sekolah," jelasnya.
Dalam penelitian ini, lanjut Tri, guru merasa well-being karena memiliki keterdekatan dengan anak-anak. Dimensi ini berkaitan dengan konsep ta’awun. Islam menjunjung tinggi nilai ta’awun, yakni tolong-menolong antar sesama, termasuk di dalamnya kerja sama, toleransi, kebersamaan, serta segala kebajikan yang membawa pada kemaslahatan hidup bersama.
"Spirit ta’awun dalam Islam menjadikan guru sholeh dan welas asih untuk berbuat segala kebaikan kepada siapa pun tanpa pandang bulu," jelasnya.
Dimensi emosi diekspresikan dalam rasa bahagia sebagai guru, bangga bekerja sekolah Islam, selalu ceria karena bergaul dengan anak-anak, merasa memiliki, merasa welas asih ke anak didik, dan rasa bersyukur.
"Kekuatan cinta dapat mendorong guru untuk menjalankan kewajibannya sebagai makhluk Allah, termasuk dalam mendidik anak," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan dimensi professional well-being dalam penelitian ini adalah memiliki keinginan mengembangkan potensi diri, menghargai kinerja dan memiliki alur kerja yang jelas. Dalam pendidikan Islam guru profesional membawa dua misi, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan.
"Untuk menjalankan misi agama guru harus menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam dalam mendidik siswa, sedangkan misi ilmu pengetahuan artinya guru berkewajiban membekali ilmu pengetahuan agar anak dapat memahami perkembangan ilmu dan teknologi," katanya.
Dari dimensi ‘amal jariyah ditandai dengan pandangan guru bahwa bekerja adalah ibadah, bekerja dengan ikhlas, bekerja dengan pengabdian kepada Allah SWT, dan bekerja sebagai panggilan hati. Guru yang bekerja karena ikhlas dan pengabdian kepada Allah melakukan pekerjaanya berorientasi pada ibadah. Oleh karena itu guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengatahuan saja tetapi juga membimbing anak didik agar memiliki akhlak mulai.
"Penelitian ini juga membuktikan pentingnya variabel organisasional untuk meningkatkan well-being guru. Selain itu untuk meningkatkan well-being guru perlu dilibatkan aspek spiritualitas dalam bekerja, karena penelitian ini membuktikan bahwa workplace spirituality memoderasi pengaruh keadilan organisasional dan kepemimpinan transformasional terhadap workplace well-being guru," ujarnya