Kamis 25 Aug 2022 09:45 WIB

Dinas Kesehatan Kota Batu Terus Berupaya Tekan Angka Stunting

Penanganan stunting bukan hanya terkait asupan gizi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah ibu menyuapi anaknya dengan makanan yang didapat dari program Gerakan Masyarakat Peduli Anak Stunting (Germas Pas).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Sejumlah ibu menyuapi anaknya dengan makanan yang didapat dari program Gerakan Masyarakat Peduli Anak Stunting (Germas Pas).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menargetkan bisa menurunkan angka stunting di masyarakat. Sebab itu, Dinkes Kota Batu menggelar acara Rembug Stunting di Gedung Bina Praja.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Batu, Kartika Trisulandari menyatakan, kegiatan ini merupakan langkah penting membangun komitmen bersama dalam penurunan angka stunting. Kemudian juga untuk memastikan intervensi telah dilakukan sesuai rencana.

Menurut Kartika, penanganan stunting sebenarnya bukan hanya terkait asupan gizi. "Namun karena kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh," ujar Kartika di Kota Batu.

Adapun terkait intervensi, perbaikan gizi dalam sektor kesehatan hanya memberikan 30 persen. Sementara itu, intervensi yang pengaruhnya sangat besar berasal dari kondisi lingkungan sekitar.

Jumlah intervensi pada ruang lingkup ini sekitar 70 persen. Kartika memastikan selama ini intervensi gizi telah dilakukan pihaknya. Di antaranya dengan memberikan makanan tambahan gizi untuk ibu dan balita.

Kemudian melaksanakan pemantauan di posyandu dan peningkatan layanan kesehatan untuk ibu serta anak. Sementara itu, untuk intervensi lingkungan diperlukan kerja sama dengan seluruh perangkat desa terkait.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan setiap keluarga mendapatkan air yang layak dan sanitasi yang baik. Selain itu, diperlukan pemahaman dan edukasi kepada setiap keluarga terkait pentingnya pencegahan stunting serta pengasuhan anak.

Pada kesempatan sama, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko mengatakan, semua elemen masyarakat harus berperan aktif dalam menangani stunting. Sebab itu, dia mendorong jajarannya untuk terus menggaungkan, menyosialisasikan, dan memahamkan masyarakat mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Ketika sudah paham dan perhatian, maka ibu bisa sehat dan melahirkan keturunan yang sehat,” kata perempuan berhijab ini.

Sebagai informasi, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Sebab itu, anak terlihat lebih pendek untuk usianya. Kondisi ini biasanya baru terlihat setelah memasuki usia dua tahun.

Adapun tingkat persentase stunting di Kota Batu sejak 2018 hingga 2022 dari berbagai sumber data menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan data Riskesdas pada 2018, tingkat stunting di Kota Batu sekitar 28,33 persen. Pada tahun berikutnya menurun hingga 25,4 persen berdasarkan data Bultim.

Pada Agustus 2020, data Bultim menunjukkan tingkat persentase stunting di Kota Batu sudah mencapai 14,83 persen. Pada tahun berikutnya, data SSGI mengungkapkan, angka persentase stunting di Kota Batu sekitar 15 persen. Kemudian data Bultim per Februari 2022 menunjukkan angka stunting di kota wisata ini masih berkisar 14,6 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement