Oleh : Erik Hadi Saputra*
REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, ada yang menarik perhatian ketika di pagi hari Prof Hamsi Mansur mengajak saya sarapan di Kota Banjarmasin. Hal baru saya dapatkan sejak berhenti di traffic light. Pengamen jalanan sudah bekerja dengan antusiasnya.
Seseorang bernyanyi di pinggir jalan dan seorang temannya sambil tersenyum mengangguk mendatangi para pengemudi kendaraan yang memberikan uang untuk mereka. Dalam hati saya berkata, Pagi sekali ya sudah show.
Ketika sampai di Warung Rahmat, nasi kuning andalas di Kota Banjarmasin, pemandangan yang tidak biasa juga saya temukan. Seorang pria dengan senyumannya menyapa kami sambil melantunkan lagu yang musiknya sudah dimainkan lewat handphone. Suaranya yang merdu menambah semangat di pagi hari.
Teringat musik positif yang biasa diputar oleh penyiar radio di Yogyakarta. Sambil duduk santai pengamen paruh baya ini bernyanyi dengan gembira. Dia meletakkan kotak kardus yang sudah didesain rapi. Itu adalah pertanda agar pengunjung memasukkan apresiasi mereka ke dalam kotak.
Di sisi depan kardus terlihat jelas oleh pengunjung yang sedang makan sebuah kalimat Ikhlas pian memberi, berkah rezeki untuk kami. Kata 'pian' dalam bahasa banjar digunakan untuk sapaan ramah kepada Anda yang lebih tua atau dihormati.
Kepada pengamen yang berusaha seperti ini berapa apresiasi yang akan anda beri? Saya sempat bertanya kepada mahasiswa STMM `MMTC' Yogyakarta ketika mengisi kuliah online dari Banjarmasin. Jika ada pengamen yang tidak mengganggu waktu makan Anda, bahkan menghibur dan membuat pagi hari cerah dengan musik yang menggugah, Anda pun bisa request lagu. Berapakah apresiasi yang Anda berikan ketika melewati kotak/kaleng/toples yang disediakan di depan mereka?
Respons mahasiswa bervariasi mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 20 ribu. Mengapa Anda mau memberi lebih? tanya saya. Sebelumnya saya juga sempat bertanya, bagaimana dengan pengamen yang ketika dia bernyanyi kemudian Anda memberinya uang dan dia menghentikan lagunya.Berpindah ke pengunjung lain, dengan cara yang sama. Bernyanyi dan berhenti ketika menerima uang setelah itu berlanjut lagi. Perulangan yang terus menerus seperti itu.
Jawaban mahasiswa datar, mereka akan memberi sejumlah Rp 500 hingga Rp 2.000. Bahkan ada yang enggan memberi. Menurut mereka orang itu tidak layak diberi lebih.
Tentu berbeda dengan si pengamen di warung tadi nasi kuning tadi. Dia menghibur orang dengan sikap ramah dan suara merdunya. Lalu mereka menganggap itu suatu usaha yang patut diapresiasi.
Kemudian saya menambahkan beberapa penjelasan. Anda memberi lebih karena pengamen di warung itu bernyanyi dengan berpikir cerdas. Dia tidak ingin mengganggu Anda. Dia ingin anda bahagia dengan lagu yang dinyanyikannya. Dia ingin Anda menikmati makanan dan minuman Anda sambil mendapatkan inspirasi dari syair lagunya. Dia tersenyum ramah karena dia mengetahui Anda harus dalam keadaan senang. Ketika Anda senang, emosional anda akan ikut andil dan akan mudah memberi lebih. Anda tidak perlu hitung-hitungan karena orang itu memberi lebih dengan antusiasnya.
Kepada pengamen yang pertama, Anda melihat dia bernyanyi hanya menggunakan matanya. ketika melihat uang kemudian dia berhenti dan tidak ingin lama-lama di situ. Dia ingin orang lain segera juga memberi. Dia tidak mempedulikan berapa banyak dia diberi. Baginya hanyalah mendapatkan uang. Semakin cepat dia berpindah maka besar kemungkinan dia mendapatkan uang lagi. Jumlah orang yang dia temui mempengaruhi yang dia dapatkan. Walaupun itu tidak menjadi jaminan.
Pembaca yang kreatif, begitu jugalah kondisi yang akan kita terima dalam pekerjaan dan bisnis. Ketika Anda memberi lebih maka banyak hal baik yang akan Anda dapatkan. Tidak hanya urusan finansial, namun pertemanan, perhatian, serta kemudahan urusan yang mungkin tidak pernah anda sadari. Sehat dan teruslah terinspirasi.