REPUBLIKA.CO.ID,PEKALONGAN -- Dorong percepatan penurunan angka stunting (gagal tumbuh kembang anak) BKKBN gelar Halaqoh dan Pembekalan bagi Penyuluh Agama Islam dalam rangka Penurunan Angka Stunting di Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan yang dilaksanakan di HA Djunaid Convention Center, Kota Pekalongan, ini merupakan sinergi BKKBN dengan Kementerian Agama (Kemenag) RI dalam rangka mengawal proses percepatan penurunan angka stunting dari hulu.
“Terutama dalam rangka mengoptimalkan upaya pencegahan, mulai dari proses inkubasi hingga melakukan berbagai tindakan pencegahan yang langsung menyentuh faktor- faktor penyebab gagal tumbuh kembang anak, ungkap Kepala BKKBN, Dr(HC) dr Hasto Wardoyo, di Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (28/12).
Ia mengatakan, tujuan kegiatan halaqoh ini untuk memberikan sosialisasi sekaligus pembekalan bagi para penyuluh agama Islam dalam rangka mempertajam dan mendukung percepatan penurunan angka stunting.
Kegiatan halaqoh dan pembekalan bagi penyuluh agama Islam di Jawa Tengah ini, jelasnya, sebelumnya telah dilaksanakan BKKBN di Brebes dan hari ini dilaksanakan di Kota Pekalongan dan nanti akan dilanjutkan di daerah lain.
Hasto juga menyampaikan, BKKBN membutuhkan tokoh- tokoh agama, ulama sampai ke penyuluh agama Islam di tingkat kecamatan untuk bisa mensosialisasikan tentang pentingnya mencetak generasi yang unggul, yang di dalamnya juga harus menurunkan angka stunting.
Dalam hal ini melalui peningkatkan pengetahuan para penyuluh agama Islam dalam melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada kelompok sasaran. “Baik remaja, calon pasangan usia subur/ calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui serta ibu dengan anak usia 0 - 59 bulan,” jelasnya.
Bukan rahasia umum lagi, angka stunting secara nasional masih mencapai 24,4 persen dan sesuai harapan Presiden RI, Joko Widodo, angka stunting ini tiap tahun bisa diturunkan hingga 3 persen.
Tidak lama lagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI akan menyampaikan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Ia berharap di akhir tahun 2022 ini, angka stunting nasional sudah mendekati angka 21 persen.
Kemudian di akhir tahun 2023 nanti sudah berada di angka 18 persen. “Sehingga pada akhir tahun 2024 nanti sudah dapatditean menjadi 14 persen sesuai dengan target yang diinginkan oleh Presiden,” katanya.
Hasto juga menyampaikan, peran para penyuluh agama sangat dibutuhkan melalui komitmen dan peran aktif dalam melakukan KIE percepatan penurunan stunting dan meningkatkan cakupan pendampingan kepada kelompok sasaran.
Khususnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang 1000 hari pertama kehidupan (HPK), pola asuh maupun pemenuhan nutrisi dalam rangka pencegahan dan penurunan angka stunting.
Karena penyuluh agama mengawal orang yang akan menikah daan di Indonesia orang yang akan menikah (calon pengantin/ catin) mencapai 2 juta. “Jika penyuluh agama di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 50 ribu bisa megawal 2 catin jangan sampai anemia, luar biasa,” tandasnya.
Dalam kesempatan ini, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag RI, Dr H Ahmad Zayadi MPd menyampaikan, Kemenag bersama dengan BKKBN Secara formal sudah punya MoU terkait dengan sosialisasi pengentasan stunting.
Maka peran Kemenag, selain melibatkan para penyuluh agama Islam yang nanti ikut melaksanakan sosialisasi, juga melibatkan kawan- kawan penghulu di tiap KUA.
Jadi, kemenag ingin memastikan siapapun yang akan menikah harus melalui penyaringan dari sisi status kesehatannya, kesiapannya untuk menikah dan seterusnya. “Kalau kemudian ditemukan catin yang kurang siap akan mendapatkan pendampingan- pendampingan,” jelasnya.
Di satu sisi, masih kata Zayadi, Kemenag memiliki potensi SDM yang sangat besar, di mana jumlah penyuluh agama Islam Secara nasional ada sebanyak 52.276 orang. Rinciannya di setiap Kantor Urusan Agama setidaknya ada delapan orang penyuluh agama Islam.
Mereka bisa diberdayakan dalam rangka mensukseskan program- program pembangunan, karena para penyuluh agama Islam ini sbenarnya juga tokoh masyarakat. “Tidak terkecuali dalam program pengentasan stunting ini,” tegasnya.
Sementara itu, anggota Dewan Pertimbangan Prsiden (Watimpres), Muhammad Luthfi bin Yahya (Habib Luthfi) dalam halaqoh ini menyampaikan, kecerdasan menjadi penting untuk membangun sebuah bangsa yang kuat.
Namun upaya meningkatkan kecerdasan anak bangsa tidak bisa dilakukan sesaat. Terlebih ‘pekerjaan rumah’ bangsa Indonesia sangat banyak, belum lagi dengan tantangan umat yang juga semakin tidak ringan. Salah satu pekerjaan rumah tersebut adalah mengentaskan stunting.
Untuk itu ia mengapresiasi BKKBN yang menginisiasi menuntaskan pesoalan stunting ini secara ‘berjamaah’ dengan mengonfergensi berbagai potensi kekuatan bangsa. “Salah satunya dengan mengoptimalkan peran penyuluh agama Islam,” jelasnya.