REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) DIY menyebut laju inflasi mengalami penurunan di Januari 2023. Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan mengatakan, berdasarkan hasil rilis BPS, Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY pada Januari 2023 mengalami inflasi 0,17 persen (mtm), yang mana lebih rendah dibandingkan Desember 2022 yakni 0,65 persen (mtm).
Angka tersebut mencatatkan inflasi IHK DIY secara tahunan sebesar 6,05 persen (yoy), yakni turun dibandingkan dengan Desember 2022 yang tercatat 6,49 persen (yoy). Meski demikian, realisasi inflasi tahunan DIY di Januari 2023 relatif lebih tinggi dibandingkan nasional, yang tercatat sebesar 5,28 persen (yoy).
"Melambatnya inflasi DIY pada Januari 2023 didorong oleh pola musiman menurunnya permintaan barang dan jasa pasca-momen HKBN dan akhir tahun, di tengah menurunnya pasokan beberapa komoditas pangan dan hortikultura di Januari," kata Budi dalam keterangan resminya, Rabu (1/2/2023) malam.
Berdasarkan komoditas, Budi menyebut, perlambatan inflasi di Januari didukung deflasi atau penurunan harga pada komoditas administered prices, khususnya angkutan udara dan BBM. Sejalan dengan itu, komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras juga mengalami deflasi di Januari 2023 kemarin.
Penurunan tarif angkutan udara dipengaruhi oleh menurunnya permintaan setelah momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), berakhirnya masa berlaku penerapan biaya tambahan (surcharge) yang dikenakan maskapai penerbangan, serta penurunan harga avtur.
Sedangkan, untuk penurunan harga BBM selaras dengan pemberlakuan kebijakan penurunan harga oleh pemerintah yang mulai diberlakukan pada 3 Januari 2023. "Adapun komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras, mengalami penurunan harga sejalan dengan peningkatan pasokan," ujar Budi.
Perlambatan inflasi di DIY lebih dalam, lanjut Budi, tertahan oleh inflasi pada pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang memberikan andil sebesar 0,34 persen (mtm). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga beras.
Berdasarkan pantauan BI, harga beras di DIY meningkat rata-rata Rp 300 per kilogram selama Januari 2023. Peningkatan ini terjadi sebagai dampak dari berkurangnya stok dan pasokan, seiring musim panen yang baru akan terjadi beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, kenaikan harga cabai rawit juga terjadi seiring tingginya curah hujan. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dan berimbas pada menurunnya jumlah pasokan cabai rawit.
"Komoditas lain penyumbang inflasi bulan Januari adalah rokok kretek filter, seiring kenaikan tarif cukai rokok yang berimbas pada peningkatan harga rokok," jelasnya.
"Selain itu, inflasi DIY juga disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,07 persen (mtm). Salah satunya karena peningkatan harga kontrak rumah, seiring tingginya permintaan di tengah dimulainya kalender akademik untuk tingkat perguruan tinggi," lanjut Budi.
Untuk itu, dalam mengantisipasi risiko inflasi ke depan pihaknya bersama pemerintah daerah melalui TPID DIY akan terus bersinergi dalam mencermati kondisi inflasi di DIY. Diharapkan, sinergi tersebut dapat menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, serta memperkuat koordinasi dalam rangka menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.
Budi menuturkan, Upaya sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan TPID akan terus dilanjutkan, dan difokuskan. Diantaranya melalui operasi pasar, kerja sama antar daerah (KAD), optimalisasi penggunaan lahan pekarangan/urban farming, pengembangan pertanian off-season, serta monitoring implementasi kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Hal-hal tersebut merupakan perwujudan komitmen BI, pemerintah, serta seluruh stakeholder guna mencapai inflasi 2023 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0%±1 persen," kata Budi.