Senin 13 Feb 2023 16:46 WIB

Gelar Media Gathering, Unisa Yogyakarta Komitmen Bangun Kepakaran

Masih banyak akademisi yang hanya berorientasi kepada penelitian.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Acara Media Gathering yang digelar Unisa Yogyakarta.
Foto: Dokumen
Acara Media Gathering yang digelar Unisa Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar media gathering bersama sejumlah media massa, Senin (13/2/2023). Kegiatan ini mengusung tema 'Membangun Citra dan Reputasi Kepakaran Unisa Yogyakarta Melalui Sinergi Bersama Media'.

Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti mengatakan, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya membangun kepakaran Unisa Yogyakarta bersama media massa. Ia pun berharap, melalui kegiatan ini dapat melahirkan berbagai pakar dari kampus tersebut.

"Mudah-mudahan nanti lahir para pakar yang kemudian diketahui oleh masyarakat. Kemudian bisa diorbitkan ke media massa yang ada," kata Warsiti di Gedung Siti Moendjijah, Unisa Yogyakarta, Sleman, DIY.

Menciptakan ekosistem kampus dengan menghadirkan para pakar di bidangnya merupakan keharusan bagi akademisi. Namun, hal ini masih menjadi kelemahan dari akademisi, mengingat masih banyak yang hanya berorientasi kepada penelitian.

"Satu hal kelemahan para akademisi, nampaknya saat ini yang kami alami, temen-teman dosen khususnya kita semua ini memang masih selalu berorientasi penelitian. Apapun orientasinya jurnal yang diedit, di preview pakar keilmuan sebidang," ujar Warsiti.

Untuk itu, perlu adanya kampus yang juga menghadirkan berbagai pakar di bidangnya dan ikut bersuara di media massa. Tentu, nantinya pakar ini juga akan memberikan kontribusi dan pemahamannya terhadap isu-isu yang bergulir di masyarakat, serta berkontribusi dalam memecahkan permasalahan bangsa yang saat ini terjadi.

"Di media massa yang review semua ilmu ini bagian yang penting sekali agar diketahui masyarakat luas, bagaimana kepakaran kita diketahui dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini makin terbuka wawasan, dan memberikan manfaat secara luas," jelasnya.

Sementara itu, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Yogyakarta menyebut kampus merupakan gudangnya ilmu. Akademisi yang ada di kampus pun diharapkan dapat berkontribusi sesuai ilmu dan kepakarannya kepada masyarakat, salah satunya melalui pemikiran dan tulisannya.

"Bisa saja siap sedia dihubungi teman-teman media karena kepakarannya. Banyak isu yang bisa di-create, bagaimana kita bisa mencegah dan berkontribusi pada persoalan stunting misalnya, atau persoalan TBC bisa juga berkontribusi dengan kepakarannya," kata Ketua AMSI Yogyakarta, Anton Wahyu Prihartono.

Dalam kegiatan media gathering tersebut, juga dihadirkan narasumber dari Republika yakni Redaktur Republika DIY-Jateng, Fernan Rahadi. Ia pun menyoroti terkait seseorang yang bukan pakar, namun menjadikan dirinya sendiri sebagai pakar dan mengeluarkan pernyataan di media massa.

Sedangkan, pakar dari perguruan tinggi cenderung menarik diri dan lebih banyak beraktivitas di lingkungan kampus, dengan berorientasi kepada jurnal atau penelitiannya.

"Internet membuat pandangan orang menjadi sebuah fakta, (padahal) tidak semua pandangan orang itu benar. Karena ada ruang di platform-platform internet, mereka merasa yang mereka lakukan adalah kebenaran. Pakar sendiri juga cenderung menarik diri dari media, jadi terlalu banyak di kampus membuat jurnal, jadi gap makin lebar antara orang yang benar-benar pakar dan awam," kata Fernan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement