Rabu 22 Feb 2023 15:17 WIB
Lentera

Sinergi dan Kolaborasi Penelitian

Penelitian tentu juga dipastikan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami*

REPUBLIKA.CO.ID, Hari Senin, 20 Februari 2023 yang lalu saya sebagai Sekretaris Jenderal Indonesian Computer, Electronics and Instrumentation Support Society (IndoCEISS) Pusat mendapat tugas untuk memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Pengurus IndoCEISS Provinsi Sumatera Utara. IndoCEISS merupakan sebuah organisasi profesi yang bertujuan memberikan wadah bagi ilmuwan, praktisi, pendidik, dan penggemar di bidang Komputer, Elektronika dan Instrumentasi yang memiliki minat untuk memajukan bidang tersebut.

Tema webinar yang diselenggarakan pada hari Senin lalu adalah Strategi Mendapatkan Hibah Penelitian. Tidak dimungkiri bahwa penelitian merupakan salah satu bagian penting dalam kemajuan sebuah negara. 

Di level negara, tugas untuk menyelenggarakan penelitian diamanahkan kepada lembaga pemerintah bernama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pada 5 Mei 2021, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2021 yang secara efektif menetapkan BRIN sebagai satu-satunya badan penelitian nasional, sehingga semua badan penelitian nasional Indonesia seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bergabung menjadi BRIN. 

Dari informasi yang disampaikan melalui berbagai media di tahun 2023 ini, anggaran yang dikelola BRIN mencapai Rp 6,3 triliun. Anggaran tersebut yang di dalamnya terdapat pos untuk penelitian tentu belum bisa dibandingkan dengan anggaran negara-negara yang dikenal sebagai negara maju atau negara industri saat ini. Amerika, China, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan sebagai contohnya merupakan negara yang pada tahun 2022 lalu merupakan negara yang secara berurutan memiliki pengeluaran untuk penelitian terbesar di dunia. Hal ini tentu tidak terlepas dari kuatnya budaya penelitian yang telah dimiliki oleh negara-negara maju tersebut. 

Selain dibutuhkan dukungan sumber dana yang besar, penelitian tentu juga dipastikan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu ujung tombak penting dalam pengembangan sumber daya manusia untuk dapat mendukung berjalannya suatu penelitian adalah Perguruan Tinggi. Dosen yang memiliki salah satu kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk melaksanakan penelitian tentu sangat diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih dalam pengembangan sumber daya manusia ini. 

Namun demikian harapan munculnya penelitian dengan kuantitas dan kualitas yang baik dari Perguruan Tinggi tampaknya masih akan membutuhkan jalan yang panjang. Tidak dimungkiri bahwa penelitian yang dilakukan oleh dosen sebagai salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi pada saat ini lebih sebagai rutinitas untuk menggugurkan kewajiban. Tentu banyak alasan dapat digunakan sebagai pembenar dari apa yang dilakukan tersebut. Kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat yang harus dilakukan oleh dosen setiap semester merupakan beban kerja yang tidak ringan dan menghabiskan banyak waktu serta tenaga. 

Dengan demikian curahan kemampuan dan tenaga dari dosen untuk dapat berfokus menghasilkan penelitian yang berkualitas bisa dikatakan menjadi kurang maksimal. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua pemangku kepentingan terutama di Perguruan Tinggi untuk berupaya bagaimana mensinergikan seluruh komponen yang dimiliki sehingga dapat memperingan beban kerja dosen khususnya bidang penelitian, namun tetap mampu menghasilkan luaran yang berkualitas. Budaya penelitian mau tidak mau harus menjadi salah satu bagian penting untuk mendukung terwujudnya keinginan tersebut.

Pengembangan sumber daya manusia untuk mendukung kemajuan penelitian merupakan tanggung jawab yang harus dipikul secara bersama oleh pemangku kepentingan. Perguruan Tinggi, khususnya dosen tentu harus mau dan mampu untuk terus mengembangkan budaya penelitian agar dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa. Pembangunan budaya penelitian di Perguruan Tinggi tentu harus didukung dengan adanya roadmap, blueprint, rencana strategis atau kebijakan lainnya. Hal ini tentu harus melibatkan banyak pihak, seperti pimpinan Perguruan Tinggi,  lembaga penelitian, program studi sampai dengan dosen sebagai variabel yang akan memberikan pengaruh. Bagaimana agar dosen dan mahasiswa yang menjadi aktor penting untuk memiliki budaya penelitian yang baik agar dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa tentu menjadi harapan bersama.

Untuk pencapaian tujuan tersebut tentu tidak bisa dilakukan secara parsial namun harus merupakan kerjasama, sinergi dan kolaborasi, disamping dukungan dana. Dua ayat dalam Surat Al Kahfi yaitu ayat  94 dan 95 dapat menjadi pelajaran bersama yang bisa dikaitkan dengan hal tersebut, "Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka." Wallahu a’lam. 

 

*Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement