Kamis 03 Aug 2023 16:37 WIB

Belasan Hektare Lahan Padi di Jatim Gagal Panen Akibat Kekeringan

Fenomena El Nino diperkirakan akan memberikan dampak signifikan pada sektor pertanian

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Petani memotong tanaman padi (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Petani memotong tanaman padi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak 15 hektare (ha) lahan pertanian padi di Jawa Timur (Jatim) mengalami gagal panen atau puso akibat kekeringan. Berdasarkan data yang diterima Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim hingga Agustus 2023, 15 ha lahan padi yang mengalami gagal panen akibat kekeringan berasal dari dua kabupaten di Jatim.

Kedua wilayah tersebut antara lain Kabupaten Jombang dan Kabupaten Lamongan. Lebih terperinci, sebanyak 2 ha lahan padi di Kabupaten Jombang mengalami puso, sedangkan Kabupaten Lamongan mencapai 13 ha.

Baca Juga

Sebagaimana diketahui, fenomena El Nino pada 2023 diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap sektor pertanian. Situasi ini dianggap menjadi tantangan besar bagi masing-masing daerah. Hal ini karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani. 

Merujuk hal itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Rudi Prasetya menyatakan, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino dianggap sangat penting. Hal ini ditunjukkan agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya. 

Di Jatim, kata dia, pihaknya tengah melaksanakan sejumlah langkah operasional untuk pengamanan produksi padi. Langkah pertama, yaitu dengan memaksimalkan capaian target luas tanam MT Juli hingga September 2023 yang telah ditetapkan. "Caranya dengan menyusun gerakan tanam pada Juli, Agustus dan September," ujarnya saat dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (3/8/2023).

Langkah kedua yakni dengan melakukan budi daya tanaman sesuai iklim dan kondisi setempat. Beberapa di antaranya dengan melaksanakan pemilihan varietas benih tahan OPT dan toleran kekeringan. Langkah berikutnya dengan mengintensifkan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin serta online terhadap perkembangan luas serangan OPT dan dampak kekeringan.

Selanjutnya, pihaknya tengah mengoptimalkan dukungan sarana prasarana berupa pompa air yang telah tersedia antara lain perpompaan besar. Ada pula perpompaan menengah dan embung. Selain itu, pihaknya juga tengah mendorong perpompaan melalui sumur submersible secara swadaya oleh petani.

Langkah lain yang dilakukan dinasnya, yakni melakukan pemantauan iklim dan cuaca melalui sistem peringatan dini (early warning system). Hal ini dilakukan dengan menggunakan informasi prediksi/prakiraan iklim/musim dari BMKG maupun instansi resmi lainnya.

"Berikutnya, sebagai upaya untuk antisipasi dan mitigasi dampak El Nino telah dilakukan komitmen untuk melakukan gerakan tanam padi di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur dengan luasan pada bulan Juli sampai September didukung dengan sarana prasarana berupa pompa air yang telah tersedia," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement