Senin 23 Oct 2023 15:45 WIB

Peningkatan Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Belum Akibatkan Hujan Abu

Kegempaan di Gunung Slamet sampai saat ini masih gempa tremor.

 Gunung Slamet  (Antara/Oky Lukmansyah)
Gunung Slamet (Antara/Oky Lukmansyah)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, memastikan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang saat ini berstatus Waspada belum mengakibatkan terjadinya hujan abu.

"Hujan abu itu harus ada letusan dulu atau erupsi, jadi bawa material dari dalam. Itu masih lemah," kata Kepala Pos PGA Slamet Muhammad Rusdi saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (23/10/2023).

Ia mengatakan hal itu saat dikonfirmasi terkait dengan adanya video tentang sebuah mobil yang kotor terkena debu ketika parkir di salah satu rumah warga Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Sumbang, Banyumas, dalam kondisi cuaca berkabut.

Dalam video yang diunggah ke grup WhatsApp 'Info & Penanganan Bencana' yang dikelola Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas itu, pengunggahnya juga menanyakan apakah debu tersebut merupakan debu vulkanik dari Gunung Slamet.

Rusdi pun memastikan debu yang mengotori mobil seperti yang ada dalam video tersebut bukanlah abu vulkanik yang dikeluarkan dari Gunung Slamet. "Kegempaan di Gunung Slamet sampai saat ini masih gempa tremor menerus dan datanya fluktuatif, naik-turun, dan belum terjadi gempa letusan atau erupsi," tegasnya.

Demikian pula dengan suara yang menggelegar di angkasa dan sempat terdengar oleh masyarakat di Banyumas dalam beberapa hari terakhir, kata dia, hal itu dipastikan bukan dari Gunung Slamet melainkan suara petir karena faktor cuaca.

Ia mengatakan jika suara gemuruh tersebut muncul karena adanya peningkatan aktivitas Gunung Slamet, biasanya akan terekam oleh seismograf. "Ini enggak terdeteksi di seismograf," kata dia.

Terkait hal itu, dia mengimbau masyarakat di sekitaran Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes untuk tetap tenang serta tidak terpancing oleh berbagai isu yang belum dapat dipastikan kebenarannya.

Dalam hal ini, kata dia, masyarakat diimbau untuk berkoordinasi dengan BPBD setempat atau Pos PGA Slamet guna memastikan kebenaran informasi yang didengarnya.

Ia mengakui ketika status Gunung Slamet dinaikkan karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik, banyak sekali beredar informasi yang belum dapat dipastikan kebenarannya.

"Kayak kemarin ada yang posting foto tahun 2014, langsung ramai. Padahal itu foto tahun 2014, saat Gunung Slamet berstatus Siaga atau Level III, sedangkan saat ini masih Level II atau Waspada," ujarnya.

Rusdi mengharapkan masyarakat untuk tidak berasumsi macam-macam ketika Pos PGA Slamet PVMBG belum mengeluarkan laporan hasil pengamatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet.

Selain itu, kata dia, masyarakat maupun pengunjung atau wisatawan diimbau untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG berupa tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi dalam surat bernomor 458.Lap/GL.03/BGV/2023 yang ditandatangani Kepala PVMBG Hendara Gunawan menaikkan tingkat aktivitas vulkanik Gunung Api Slamet dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung mulai 19 Oktober 2023, pukul 08.00 WIB.

Berdasarkan laporan pengamatan yang dilakukan Pos PGA Slamet pada Ahad (22/10), pukul 00.00-24.00 WIB, secara visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-I.

Selain itu, teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal tinggi sekitar 50-100 meter dari puncak, sedangkan cuaca cerah hingga hujan dan angin lemah ke arah barat. Sementara dari sisi kegempaan tercatat satu kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0.5-6 milimeter, dominan dua milimeter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement