Jumat 27 Oct 2023 18:56 WIB

Jelang Pemilu 2024, Hoaks Melalui Kecerdasan Buatan Dinilai Kian Mengkhawatirkan

Terdapat delapan isu hoaks selama proses pendaftaran capres-cawapres RI.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Kegiatan diskusi bulanan Koalisi Cek Fakta bertajuk Tren Hoaks Seputar Pendaftaran Capres yang diselenggarakan secara daring, Jumat (27/10/2023) sore.
Foto: dokpri
Kegiatan diskusi bulanan Koalisi Cek Fakta bertajuk Tren Hoaks Seputar Pendaftaran Capres yang diselenggarakan secara daring, Jumat (27/10/2023) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Hoaks melalui kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) kian mengkhawatirkan. Situasi ini harus menjadi perhatian penuh mengingat Indonesia tengah memasuki masa Pemilu 2024. 

Project Manager Socindex, Danu Setio Wihananto mengatakan, pihaknya telah menemukan delapan isu hoaks selama proses pendaftaran capres-cawapres RI. Hal ini terutama berdasarkan hasil peninjauannya yang berlangsung mulai 16 sampai 26 Oktober 2023 di media sosial (medsos).

Satu dari sejumlah isu hoaks tersebut, yakni video Jokowi berpidato menggunakan bahasa Mandarin. Menurut Danu, isu hoaks melalui video ini masih dalam perbincangan hangat di berbagai medsos.

"Beberapa platform seperti YouTube, Twitter dan Tiktok," kata Danu dalam kegiatan diskusi bulanan Koalisi Cek Fakta "Tren Hoaks Seputar Pendaftaran Capres" yang disiarkan secara daring, Jumat (27/10/2023).

Berdasarkan video yang beredar terlihat Jokowi sedang berbicara di hadapan publik dalam sebuah pertemuan dengan menggunakan bahasa Mandarin. Hal yang diucapkan Jokowi dalam video tersebut sama persis dengan gerak-gerik mulutnya. Video tersebut seolah-olah menunjukkan sesuatu yang bersifat alami.

Menurut Danu, warganet saat melihat video tersebut sebenarnya terbagi dua suara. Beberapa warganet agak mempertanyakan video tersebut mengingat mereka tidak pernah mendengar Jokowi berbicara menggunakan bahasa Mandarin sebelumnya. Di sisi lain, video ini turut menjadi bahan serangan dari pendukung oposisi. 

Tak lama kemudian, isu ini langsung ditegaskan Kementerian Kominfo bahwa video tersebut hoaks. Video tersebut ternyata telah diedit dengan teknologi deepfake voice. Hal ini yang menyebabkan video tersebut dapat memperlihatkan suara Jokowi yang sama persis dengan aslinya.  

Selain itu, pihaknya juga telah menemukan bahwa video asli ini sebenarnya berlangsung pada November 2015 lalu. Hal ini terutama ketika Presiden RI Jokowi memberikan pidato dalam kegiatan yang diselenggarakan The United States-Indonesia Society (Usindo). "Saat itu Jokowi berpidato tidak berbahasa Mandarin, tetapi bahasa Inggris," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement