Selasa 16 Jul 2024 08:53 WIB

Kebaya Dinilai Sebagai Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Puncak HKN 2024 akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo.

Acara flashmob poco-poco berkebaya yang diselenggarakan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (14/7/2024).
Foto: dokpri
Acara flashmob poco-poco berkebaya yang diselenggarakan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (14/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebaya dinilai merupakan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Dalam Kongres Kongres Wanita Indonesia (Kowani) X, Presiden Soekarno mengatakan mengatakan bahwa kebaya bukan hanya sekadar kecantikan, lenggak-lenggok perempuan Indonesia.

"Akan tetapi punya makna yang dalam yakni kebaya yang digunakan perempuan Indonesia membuat kita semangat, karena identik dengan kesetaraan, perjuangan dan kemandirian perempuan Indonesia,” ujar Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo, dalam sambutannya pada acara flashmob poco-poco berkebaya yang diselenggarakan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (14/7/2024).

 

Melalui kegiatan tersebut, lanjut dia, diharapkan terdapat pemaknaan bahwa kebaya merupakan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan.“Perempuan Indonesia berkebaya bukan hanya saat ini saja, tetapi sejak zaman Majapahit. Bahkan Laksamana Malahayati menggunakan kebaya saat menjadi panglima perang melawan Belanda," katanya.

Giwo menambahkan kebaya juga memiliki makna yang mendalam, seperti kesetaraan dan pemberdayaan ekonomi. Dalam setiap helai kebaya dan aksesoris pendukungnya, terdapat perempuan yang menjadi pelaku UMKM.

“Melalui kebaya, terdapat upaya pemberdayaan ekonomi perempuan Indonesia. Kami harap dengan mengenakan kebaya, UMKM Indonesia dapat naik kelas,” harap dia.

Selain itu, kegiatan tersebut memiliki makna bahwa berkebaya tidak menghalangi perempuan dalam menjalankan aktivitasnya. Selama ini tertanam di benak masyarakat, berkebaya merepotkan. Padahal, sejak dulu perempuan Indonesia mengenakan kebaya dalam kesehariannya mulai dari ke pasar, berjualan, bertani, olahraga, dan sebagainya.

“Kami juga berharap kegiatan ini dapat memberi pesan pada generasi muda untuk mengenal budaya sendiri dan turut berperan melestarikannya,” katanya.

Aksi massa yang diikuti para anggota Kowani, Federasi Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (FOKBI), dan juga sejumlah komunitas tersebut, merupakan rangkaian kegiatan Hari Berkebaya Nasional (HKN) yang puncaknya akan diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta, pada 24 Juli 2024.

Giwo menambahkan pada awalnya pihaknya mengundang sekitar 2.000 perempuan Indonesia untuk hadir dalam kegiatan tersebut, namun animo peserta membeludak dan kegiatan tersebut dihadiri lebih dari 3.000 peserta.

Dalam kegiatan tersebut juga ditampilkan sejumlah aktivitas dengan mengenakan kebaya diantaranya permainan angklung hingga berkuda. Pelaksanaan HKN yang diselenggarakan untuk pertama kalinya tersebut, berdasarkan Kepres 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. Peringatan HKN juga upaya sinergitas perempuan Indonesia dan juga di Asia Tenggara dalam mengajukan kebaya sebagai warisan budaya tak benda melalui joint nomination.

Puncak HKN 2024 akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo, dan dihadiri lebih dari 7.000 para perempuan Indonesia dari berbagai profesi dengan mengenakan kebaya.

Pelaksanaan HKN 2024 mengusung tema “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya”, dan merupakan kerja sama Kowani, Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, komunitas kebaya, media massa, dan pemangku kepentingan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement