REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Status Gunung Merapi saat ini berstatus siaga atau level 3. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, dalam 24 jam terakhir ini setidaknya Merapi meluncurkan belasan guguran lava. Guguran lava ini mengarah ke hulu Kali Krasak dan Kali Bebeng selama 2 Februari 2025.
“Teramati 15 kali guguran lava ke arah barat daya yakni ke hulu Kali Krasak dan Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Senin (3/2/2025).
Selain guguran lava, kegempaan Merapi masih juga masih cukup tinggi. Selama 24 jam ini tercatat lebih dari 100 kali kegempaan Merapi.
“Terjadi 119 kali gempa guguran, dan 17 kali gempa fase banyak,” ucap Agus.
Melihat aktivitas Merapi yang masih tinggi, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas guguran (APG). Meski, dalam 24 jam terakhir ini tidak tercatat adanya luncuran APG Merapi.
Terkait dengan potensi bahaya guguran lava dan APG, Agus menyebut dapat terjadi di sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. Pada sektor selatan-barat daya meliputi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
"Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ungkapnya.
Selain itu, data pemantauan Merapi juga menunjukkan suplai magma masih berlangsung, di mana dapat memicu terjadinya APG di dalam daerah potensi bahaya. Untuk itu, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Selain itu masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi," jelas Agus.