Rabu 26 Nov 2025 18:00 WIB

Terus Berinovasi dengan Bijaksana

Penyesuaian dalam metode mengajar pada era AI menjadi suatu keharusan.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika memperbarui materi pengajaran dan menyiapkan presentasi untuk kegiatan monitoring serta evaluasi hibah Riset Konsorsium Unggulan Berdampak (RIKUB), saya mencatat sejumlah perkembangan signifikan dalam bidang Artificial Intelligence (AI). Sebagai akademisi yang telah mendalami bidang ini sejak studi S1, saya mengamati secara langsung percepatan inovasi AI yang dalam satu dekade terakhir berkembang jauh melampaui prediksi banyak pakar. Transformasi ini semakin tampak terlihat pada meluasnya aplikasi AI dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, yang secara gradual namun pasti mengubah cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi. Kehadiran AI terbukti menjadi kekuatan disruptif yang memengaruhi banyak sektor, termasuk dunia pendidikan tinggi yang kini dituntut untuk beradaptasi lebih cepat. Tidak terkecuali bidang Informatika atau Ilmu Komputer, yang menjadi pilar utama lahirnya berbagai terobosan AI, turut mengalami dampak perubahan tersebut, baik dalam kurikulum, metode pembelajaran, maupun arah riset yang semakin bergerak ke ranah multidisipliner.

Perkembangan ini tampak jelas, salah satunya, pada mata kuliah Pemrograman yang kini harus banyak menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi AI. Jika pada masa lalu pembuatan program untuk memenuhi tugas kuliah membutuhkan waktu yang tidak singkat, mulai dari memahami konsep, menulis kode, hingga melakukan debugging, kini proses tersebut dapat dipercepat secara drastis dengan bantuan AI. Mahasiswa dapat menghasilkan kode atau menyelesaikan fungsi tertentu hanya dalam hitungan menit, sesuatu yang dulu membutuhkan upaya berjam-jam bahkan berhari-hari. Fenomena serupa juga muncul di berbagai mata kuliah lainnya, terutama yang berkaitan dengan analisis data, pemodelan, atau desain sistem. Kondisi ini, mau tidak mau, menuntut adanya penyesuaian yang lebih strategis dalam proses pembelajaran, baik dalam desain tugas, penilaian, maupun pendekatan pedagogis yang harus mampu tetap menjaga kualitas capaian pembelajaran di tengah perubahan yang begitu cepat.

Penyesuaian dalam metode mengajar, pemberian tugas, dan strategi belajar pada era AI kini menjadi sebuah keharusan yang tidak dapat dihindari. Transformasi ini selain terjadi di ruang-ruang kelas, juga terlihat adanya perubahan pada berbagai aplikasi pendukung di bidang pendidikan yang turut beradaptasi dengan cepat. Mesin pencari di Internet misalnya, telah menambahkan mode AI untuk memberikan pengalaman pencarian yang lebih interaktif dan kontekstual. Dampaknya informasi yang ditemukan disajikan dengan penjelasan dan sintesis yang lebih komprehensif. Perkembangan ini semakin terasa dengan inovasi terbaru dari Google Scholar yang meluncurkan Scholar Labs, sebuah layanan pencarian literatur ilmiah berbasis AI yang memungkinkan pengguna berinteraksi melalui model percakapan. Kehadiran fitur ini memberikan pengalaman berbeda, pencarian literatur tidak lagi sebatas dengan kata kunci, namun dapat melalui eksplorasi yang lebih mendalam dan terarah melalui dialog.

Bahwa tidak dimungkiri telah terjadi banyak perubahan atau bahkan disrupsi dengan kehadiran AI ini. Namun kekhawatiran mengenai terjadinya bubble AI tetap perlu mendapat perhatian serius. Ledakan inovasi, investasi besar-besaran, serta euforia publik terhadap teknologi ini mengingatkan kita pada fenomena dotcom bubble awal tahun 2000-an, ketika banyak teknologi dianggap siap mengubah dunia namun belum diiringi model bisnis dan nilai manfaat yang benar-benar matang. Saat ini, banyak perusahaan, institusi, dan individu berlomba mengadopsi AI tanpa analisis jangka panjang atau kesiapan infrastruktur, sehingga berisiko menciptakan ekspektasi berlebihan yang tidak sejalan dengan kemampuan teknologinya.

Karena itu, meskipun perkembangan AI sangat pesat dan potensinya besar, kita perlu tetap bersikap kritis dan proporsional. Inovasi harus berjalan berdampingan dengan evaluasi dampak, analisis risiko, serta kesadaran bahwa hype tidak selalu sejalan dengan keberlanjutan. Pendekatan yang bijaksana akan memastikan bahwa AI tidak hanya menjadi tren sesaat, tetapi teknologi yang benar-benar memberikan manfaat nyata, terukur, dan relevan bagi pembangunan ilmu pengetahuan maupun kehidupan masyarakat.

Sebuah ayat ke 20 dari Alquran surat Al Hadud dapat menjadi pengingat bersama agar tidak larut dalam euforia teknologi semata, termasuk AI, tanpa pertimbangan matang. Inovasi perlu dibangun dengan dasar ilmu, etika, keberlanjutan, serta bukan sekadar mengikuti gelombang tren yang belum tentu bertahan. “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.” Wallāhu a‘lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement