Jumat 21 Feb 2025 08:20 WIB

Siti Murtiningsih Dikukuhkan sebagai Guru Besar Filsafat Pendidikan UGM

Prof Murti menjelaskan konsep mendidik manusia bersama mesin.

Rep: Salsabila Assani/ Red: Fernan Rahadi
Prof Siti Murtiningsih menyampaikan pidato pengukuhan guru besar dalam bidang Filsafat Pendidikan berjudul Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Kamis (20/2/2025)
Foto: Salsabila Assani
Prof Siti Murtiningsih menyampaikan pidato pengukuhan guru besar dalam bidang Filsafat Pendidikan berjudul Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Kamis (20/2/2025)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Rr Siti Murtiningsih dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Filsafat Pendidikan di Balai Senat UGM, Kamis (20/2/2025). Dalam pidato pengukuhannya, ia menyoroti urgensi keseimbangan antara peran manusia dan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan.

"Menyerahkan pendidikan anak-anak kita sepenuhnya kepada mesin akan menjadi bencana bagi masa depan kemanusiaan. Namun, menolak sama sekali keterlibatan mesin dalam proses pendidikan adalah sikap anakronis," ungkap Prof Murtiningsih dalam pidato berjudul "Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan", Kamis.

Prof Murti menekankan bahwa AI harus ditempatkan sebagai kolaborator dalam proses pendidikan, bukan pengganti peran guru. Menurutnya, teknologi dapat menciptakan model pembelajaran yang lebih kreatif dan personal, namun tetap harus menghindari sistem pendidikan kapitalistik yang hanya menjadikan siswa sebagai konsumen konten digital.

Dalam pidatonya, Prof Murti menjelaskan konsep mendidik manusia bersama mesin yang menekankan dua hal penting. "Pertama, bahwa subjek utama pendidikan itu adalah manusia dan kedua, bahwa entitas non-manusia seperti mesin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan," jelasnya.

Dirinya menambahkan bahwa melalui model pedagogi kritis Freirean, keterlibatan mesin dalam proses pendidikan bisa menjadi kolaborator manusia dalam menumbuhkan harapan dan kesadaran kritis melalui basis data empiris yang memadai.

"Inklusivitas dapat dimulai dengan menghentikan proses sistem pendidikan kapitalistik yang hanya mengkomodifikasi pengetahuan dan menjadikan siswa hanya sebagai konsumen konten digital tanpa menjadikannya sebagai alat untuk membebaskan peserta didik," tegasnya.

Rektor UGM Prof Ova Emilia menyebutkan bahwa Prof Murtiningsih merupakan salah satu dari 525 guru besar aktif UGM dan menjadi satu dari empat guru besar aktif dari total 10 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Filsafat UGM.

Dalam lima tahun terakhir, Prof Murti yang juga merupakan istri Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria ini dikenal aktif melakukan kajian terkait isu-isu kontemporer seperti terorisme, LGBT, permainan digital, dan kekerasan media.

Acara pengukuhan yang berlangsung selama dua jam tersebut dihadiri sejumlah pejabat negara, termasuk Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid, Menteri Koperasi Budi Arie, serta Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Basuki Hadimuljono. Hadir pula sastrawan Eka Kurniawan dan musisi Pramulo Radjadin (Lilo Kla Project).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement