
Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian besar Perguruan Tinggi (PT) saat ini telah menyelesaikan perkuliahan semester genap tahun ajaran 2024/2025. Meski demikian, masih ada sejumlah PT yang tengah melaksanakan ujian akhir semester.
Beberapa di antaranya juga menawarkan program semester pendek atau yang lebih dikenal dengan istilah semester antara, sebagai kesempatan bagi mahasiswa untuk memperbaiki nilai maupun mempercepat masa studi. Semester antara ini merupakan masa perkuliahan yang berlangsung di sela dua semester reguler, dengan batas maksimal pengambilan SKS yang telah ditentukan.
Mahasiswa yang mengikuti semester antara tentu harus mengorbankan waktu libur mereka untuk kembali menjalani aktivitas akademik. Hal inilah yang dilakukan oleh putri kedua kami, Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, yang memilih tidak pulang ke Yogyakarta demi mengikuti semester antara dan mengambil 3 SKS. Keikutsertaannya dalam semester antara pada tahun ini memang telah menjadi bagian dari rencana studinya sejak awal.
Penyusunan rencana studi sejak awal masa perkuliahan tentu memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa. Dengan perencanaan yang matang, mahasiswa dapat lebih terarah dalam menjalani proses akademiknya. Namun, dalam praktiknya, tidak jarang rencana tersebut perlu disesuaikan karena berbagai faktor yang tak terduga.
Kemampuan untuk melakukan penyesuaian rencana secara fleksibel menjadi hal yang sangat penting. Hal ini sejalan dengan dinamika kebijakan global yang juga menuntut adaptasi cepat, seperti halnya pengumuman terbaru dari Presiden Amerika Serikat mengenai kebijakan tarif. Pengenaan tarif sebesar 32 persen terhadap Indonesia, serta rencana tambahan tarif 10 persen bagi negara-negara anggota BRICS, merupakan sinyal yang perlu dicermati secara serius oleh pemerintah. Tantangan besar pun menanti duta besar Indonesia yang akan datang, yang saat ini masih menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di DPR RI.
Berbagai metode atau kerangka kerja (framework) perencanaan strategis dapat dimanfaatkan untuk membantu menyusun rencana yang lebih terarah dan efektif. Di kalangan mahasiswa, metode umum seperti SWOT Analysis, Objectives and Key Results (OKR), atau Personal Development Plan (PDP) sering digunakan untuk merancang strategi studi yang sesuai dengan tujuan pribadi dan akademik.
Di luar dunia pendidikan, pendekatan seperti PESTLE Analysis (Political, Economic, Social, Technological, Legal, Environmental), McKinsey 7S Framework, maupun kombinasi dari beberapa metode kerap diterapkan dalam ranah politik atau organisasi, seperti dalam proses fit and proper test pemilihan duta besar. Setiap bidang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda, sehingga pemilihan metode perencanaan strategis perlu disesuaikan agar benar-benar relevan dan memberikan hasil optimal.
Hal serupa juga dihadapi oleh (PT dalam merespons berbagai perubahan yang terjadi saat ini. Dinamika kebijakan akreditasi, pergeseran preferensi calon mahasiswa baru, serta kondisi politik dan ekonomi nasional maupun global menjadi faktor-faktor penting yang harus dicermati. Untuk dapat menyusun strategi yang adaptif dan relevan, PT perlu menguasai beragam metode perencanaan serta memiliki pemahaman mendalam terhadap isu-isu yang dihadapi, mulai dari identifikasi permasalahan hingga membangun kolaborasi lintas sektor.
Seiring dengan semakin kompleksnya tantangan di era modern, penyelesaiannya pun tidak lagi bisa dilakukan secara sederhana. Oleh karena itu, kemampuan dalam memahami permasalahan, berpikir strategis, menganalisis data, serta keterampilan komunikasi dan kolaborasi menjadi kompetensi esensial yang perlu ditumbuhkan sejak dini.
Universitas Amikom Yogyakarta tentu terus melakukan pembenahan dan penyesuaian seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi. Seluruh pemangku kepentingan, mulai dari dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa, dituntut untuk senantiasa membuka diri terhadap pembelajaran dan peningkatan kapasitas diri. Semangat untuk terus belajar bukan hanya menjadi cara untuk bertahan, tetapi juga merupakan strategi untuk bertumbuh di tengah perubahan.
Pertumbuhan ini tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga mencakup penguatan karakter, nilai-nilai profesionalisme, dan daya adaptasi menghadapi dinamika zaman. Semangat ini sejalan dengan pesan dalam Surah pertama Alqur’an, Al-‘Alaq ayat 1–5, yang menekankan pentingnya ilmu dan proses pembelajaran sebagai panggilan ilahi untuk terus tumbuh dalam ilmu dan kehidupan, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Wallahu a'lam.