Rabu 30 Jul 2025 07:49 WIB
Lentera

AMICTA: Terus Berkarya dan Berinovasi tanpa Batas

Ajang ini jadi ruang kolaborasi yang membentuk generasi pembelajar kreatif di era AI.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI), dunia pendidikan dihadapkan pada pertanyaan mendasar: “bagaimana mendorong inovasi tanpa mengorbankan orisinalitas dan kedalaman berpikir?” Amikom Information Communication Technology Award (AMICTA) 2025 hadir sebagai respons nyata menjawab tantangan ini dengan pendekatan berani dan reflektif, yakni memadukan semangat kompetisi dengan nilai-nilai pembelajaran yang mendalam dan manusiawi. Ajang tahunan ini bukan sekadar kompetisi, tetapi ruang kolaborasi yang membentuk generasi pembelajar kreatif dan reflektif di era kecerdasan buatan.

AMICTA merupakan kompetisi inovasi produk digital yang bertujuan untuk meningkatkan budaya berprestasi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya civitas akademika Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Universitas Amikom Yogyakarta. Pada tahun 2025 ini, AMICTA memasuki penyelenggaraan yang ke-16 sejak pertama kali digelar pada tahun 2008, dengan satu kali jeda pada tahun 2020.

Ajang ini menjadi ruang bagi mahasiswa untuk menampilkan karya terbaik mereka di bidang teknologi digital. Menariknya, tahun ini AMICTA untuk pertama kalinya membuka partisipasi bagi pelajar SMA dan SMK melalui program bootcamp dan lomba. Dengan perluasan partisipasi ini, AMICTA 2025 tampil sebagai wadah kolaboratif dan inspiratif bagi generasi muda untuk terus berkarya dan berinovasi tanpa batas.

Salah satu sorotan utama dalam rangkaian AMICTA 2025 adalah Exhibition AMICTA 2025, yang digelar pada 28–29 Juli 2025 di Atrium Shinta, Sleman City Hall. Tahun ini, AMICTA memperkenalkan sejumlah kategori baru yang mencerminkan perkembangan terkini dalam industri digital, di antaranya aplikasi mobile inovatif, game edukatif, animasi digital, Internet of Things (IoT) dan teknologi pintar, serta kategori khusus bertajuk AI Creativity & Ethics Challenge. Pameran ini bukan hanya menjadi panggung bagi mahasiswa dan pelajar untuk menunjukkan kreativitas, tetapi juga berhasil menarik perhatian luas dari pengunjung mall, menegaskan bahwa generasi muda memiliki peran strategis dalam transformasi digital Indonesia.

Hal yang cukup mencolok dari penyelenggaraan AMICTA tahun ini adalah diterapkannya larangan penggunaan teknologi AI dalam sebagian besar kategori lomba. Kebijakan ini bukan tanpa dasar. Meski AI mampu mempercepat proses kreatif, penggunaannya yang berlebihan justru berpotensi mengurangi keterlibatan kognitif peserta, menurunkan kemampuan berpikir kritis, serta melemahkan orisinalitas dan daya cipta.

Sejumlah penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketergantungan pada AI dapat berdampak pada menurunnya daya pikir kritis, kapasitas reflektif, pemecahan masalah secara mandiri, serta mengikis orisinalitas karya. Para ahli pun mengingatkan pentingnya penggunaan AI yang kontekstual dan proporsional, khususnya dalam lingkungan pendidikan, bahwa teknologi tidak boleh menggantikan proses belajar. Dalam kerangka itulah AMICTA mengambil langkah tegas, bukan untuk menolak AI, melainkan untuk menegaskan pentingnya proses pembelajaran yang mendalam, kreatif, dan otentik.

Namun tentu saja, pelarangan bukan hanya satu-satunya pendekatan dalam menyikapi penggunaan teknologi AI, khususnya di bidang pendidikan. Ada berbagai strategi yang dapat ditempuh untuk memastikan AI digunakan secara bijak dan mendukung proses belajar yang bermakna. Salah satu pendekatan yang mulai banyak diperbincangkan adalah extraheric AI, sebuah konsep baru dalam merancang sistem AI.

Fokusnya bukan pada pemberian jawaban atau solusi instan, melainkan pada stimulasi keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, refleksi, pemecahan masalah, dan kreativitas. Alih-alih memberi jawaban langsung, pendekatan ini mendorong AI untuk berperan sebagai mitra reflektif, yang mengajukan pertanyaan terbuka, memicu perspektif alternatif, serta menantang pengguna untuk berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Dengan kata lain, AI kini bukan sekadar alat bantu, melainkan fasilitator dalam proses berpikir dan belajar yang lebih dalam.

Sebagai perguruan tinggi yang aktif dalam riset dan publikasi ilmiah di bidang AI, Universitas Amikom Yogyakarta memberikan perhatian serius terhadap pendekatan extraheric AI. Salah satu tantangan utama dalam pengembangannya adalah bagaimana membangun sistem AI berbasis Large Language Models (LLM) yang tidak sekadar “pintar menjawab”, tetapi juga mampu membentuk dialog reflektif dan mendorong eksplorasi pemikiran pengguna.

Tantangan ini semakin kompleks ketika pendekatan extraheric AI dikombinasikan dengan alat-alat AI visual, seperti generator gambar, animasi, video, maupun audio. Merancang sistem yang tak hanya menghasilkan karya visual yang menawan, tetapi juga menstimulasi proses berpikir kreatif, menjadi medan riset yang menjanjikan untuk dieksplorasi pada level sarjana, magister, hingga doktoral. Bagi calon mahasiswa yang tertarik turut serta dalam pengembangan teknologi ini, Universitas Amikom Yogyakarta membuka pendaftaran melalui laman resmi: http://pmb.amikom.ac.id/id.

Di tengah laju pesat perkembangan teknologi AI, tantangan utama yang kita hadapi bukan semata soal pemanfaatannya, melainkan bagaimana memastikan bahwa teknologi tetap menjadi sarana untuk menumbuhkan kapasitas berpikir manusia. Pendekatan seperti extraheric AI, bila diterapkan dengan bijak, membuka peluang baru bagi pendidikan, kreativitas, dan arah riset masa depan yang lebih humanistik. Melalui ajang seperti AMICTA 2025, kita menyaksikan bagaimana dunia pendidikan merespons perubahan zaman dengan menyeimbangkan kemajuan teknologi dan pengembangan potensi manusia secara utuh.

Teknologi tidak hadir untuk menggantikan manusia, melainkan untuk menstimulasi lahirnya pembelajar sejati, mereka yang terus berpikir, mencipta, dan berkembang. Sebagaimana firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 78, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, lalu Dia memberikan kepadamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” Wallahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement