REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Komunitas Tuli Mengaji (MULIA) Yogyakarta bersama LAZNAS PPPA Daarul Qur’an Perwakilan Yogyakarta kembali menggelar program Training for Trainers (ToT) Alquran Isyarat batch 2 di Gedung Aula SMA SahabatQu Deresan, Sleman, DIY, Ahad (24/8/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesetaraan dalam akses mengaji pada teman tuli, sekaligus pelatihan bagi para pengajar untuk bisa mengajarkan Alquran menggunakan bahasa isyarat secara efektif dan inklusif.
Pelatihan tersebut menghadirkan Ketua PPPA Daarul Qur’an perwakilan Yogyakarta Ustaz Maulana Kurnia Putra, dan Tim pakar penyusun panduan Alquran Bahasa Isyarat Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Kemenag Republik Indonesia (RI) Tri Purwanti. Pembicaraan berfokus pada pengulangan untuk mengingat kembali bagaimana penulisan huruf hijaiyah, tajwid pada hukum nun dan tanwin, dan bagaimana perbedaan penerapan metode kitabah dan metode tilawah.
Kegiatan ini didukung oleh SahabatQu, Ayam Geprek Sai, Hajj Chicken, dan LAZNAS PPPA Daarul Qur’an. Peserta diberikan pembekalan berupa teknik mengisyaratkan tajwid dan huruf hijaiyah yang tepat untuk teman tuli. Metode pendekatan yang digunakan adalah kitabah dan tilawah, keduanya menggabungkan bahasa isyarat dan bacaan Alquran agar lebih mudah dipahami oleh teman tuli. Di batch kedua ini merupakan pengulangan dan upgrading kompetensi pengajar tahun 2024, pada batch pertama bertema “Training or Trainer” menjadi “Training for Trainer”.
“Intinya, jika kita ingin dakwah Alquran semakin meluas, maka akses untuk belajar Alquran juga harus diperluas. Ini mencakup peningkatan jumlah pengajar, terutama yang memahami kebutuhan komunitas Tuli. Saat ini, akses belajar bagi teman-teman Tuli masih terbatas di Indonesia, dan jumlah pengajar yang berinteraksi langsung dengan komunitas Tuli juga masih sedikit. Oleh karena itu, sejak awal, program Tuli Mengaji yang diadakan oleh PPPA Daarul Qur’an sangat melibatkan teman-teman Tuli dalam setiap prosesnya," ujar Maulana, Ahad.
Pelatihan yang diadakan setiap bulan ini, tidak hanya memberikan pelatihan teknis berupa penyampaian ayat Alquran menggunakan bahasa isyarat, melainkan juga membuka akses pendidikan agama islam yang inklusif bagi teman tuli.
“Kami ingin memetakan apa saja keinginan mereka serta bagaimana pola pikir mereka. Kami juga menyusun berbagai bentuk pembelajaran luring untuk melengkapi panduan Alquran isyarat. Tujuannya, agar pembelajaran Alquran tidak hanya sebatas membaca, tetapi juga mencakup kajian-kajian keislaman yang dapat menumbuhkan motivasi mereka," ujarnya.
Program Tuli Mengajar (MULIA) Yogyakarta ini merupakan sebuah bentuk pelayanan mengaji masyarakat disabilitas terutama teman tuli. Hal tersebut memberikan dampak positif melalui pendekatan dan materi yang disampaikan dalam pelatihan, dengan mengedepankan metode yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus teman tuli.
“Ke depan, program ini akan dipersiapkan agar pembelajaran Alquran bisa terus berlanjut dan mencetak regenerasi trainer. Jadi, pelatihan ini tidak hanya dilakukan sekali, tetapi akan terus mencetak trainer-trainer baru yang berkualitas. Harapannya, semakin banyak pihak yang peduli dan bersama-sama mewujudkan kesetaraan bagi teman tuli, agar mereka memiliki akses terhadap Alquran dan kualitas pembelajaran yang setara dengan kita yang mendengar," kata Tri, pemateri dari Tuli Mengaji Yogyakarta.
Melalui pelatihan ini, diharapkan terwujud kesetaraan bagi teman tuli dengan masyarakat pada umumnya, khususnya dalam hal akses terhadap Alquran. Mereka diharapkan dapat memperoleh pendamping atau pembimbing yang berkualitas, sehingga lebih mudah dalam membaca, memahami, dan mengamalkan ayat-ayat serta nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran.