Rabu 01 Oct 2025 13:56 WIB

Basarnas Temukan 15 Titik Korban di Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny, 8 Berstatus Hitam

Tim SAR gabungan terus berupaya mengevakuasi para korban dalam masa krusial 72 jam.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.
Foto: AP Photo/Trisnadi
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyampaikan tim SAR gabungan telah menemukan 15 titik korban di bawah reruntuhan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang ambruk pada Senin (29/9/2025), sore. Dari 15 titik tersebut, delapan berada dalam titik hitam atau tidak menunjukkan adanya kehidupan, sementara tujuh lainnya berstatus merah dan masih menunjukkan tanda-tanda respons.

"Dari tujuh titik korban yang berstatus merah, enam di antaranya posisi ada di kolom samping yang tidak bisa diakses secara langsung atau zona A2, hanya lewat celah kecil kolom utama (tengah)," ujar Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Basarnas, Emi Freezer dalam keterangan kepada wartawan di Sidoarjo, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga

Sedangkan satu korban lainnya, lanjutnya, berada di dekat kolom utama atau zona A1, masih responsif, namun tidak dapat menggerakkan tubuh karena terhimpit bordes bangunan. Freezer mengatakan tim SAR gabungan terus berupaya mengevakuasi para korban dalam masa krusial 72 jam pertama pascakejadian. Dalam masa ini, upaya akan difokuskan pada penyelamatan korban berstatus merah dengan menyalurkan oksigen, suplai makanan, hingga infus secara berkala melalui celah sempit di bawah reruntuhan.

Tim juga menggunakan kamera khusus untuk interaksi visual guna memastikan kondisi korban masih hidup yang terjebak di runtuhan bangunan. "Komunikasi juga dilakukan menggunakan interaksi suara atau verbal, lalu juga dengan menggunakan fleksibel yang bisa kita masukkan ke celah kecil yang ada di himpitan kolom yang utama," kata Freezer.

Freezer mengungkapkan kondisi struktur reruntuhan sangat tidak stabil, sehingga alat berat tidak dapat digunakan secara maksimal karena dapat menimbulkan efek domino pada struktur lainnya. Tim penyelamat hanya bisa berinteraksi dengan korban melalui suara atau perangkat fleksibel yang bisa diselipkan ke celah-celah sempit di antara kolom utama bangunan.

Namun mereka akan terus mengupayakan dan memaksimalkan langkah sepanjang golden time tersebut di mana peluang korban ditemukan dalam kondisi selamat masih terbuka lebar meski harus mengesampingkan penggunaan alat berat demi keselamatan korban. "Kalau menggunakan alat bera dikhawartirkan akan memberikan dampak pada sisi runtuhan yang ada bersambungan dengan gedung yang ada di depan," ucapnya.

"Sehingga untuk mengakses ruangan dasar kita hanya bisa menggunakan dengan interaksi suara atau verbal atau dengan voice, panggilan, lalu juga dengan menggunakan fleksibel yang bisa kita masukkan ke celah kecil yang ada di himpitan kolom," ungkapnya.

Pentingnya kehati-hatian ditegaskan berkali-kali oleh Emi Frizer karena struktur bangunan sangat rentan terhadap perubahan dan tekanan, yang bisa menimbulkan keruntuhan lanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement