Rabu 19 Nov 2025 15:01 WIB

Pemakaian QRIS Gerakkan Roda Andong Wisata di Yogyakarta

Transaksi tunai kerap kali diwarnai beberapa masalah klasik yang memusingkan.

Andong Wisata di Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Foto: Maruka Bauw
Andong Wisata di Jalan Malioboro, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Maruka Bauw, Juli Suhaidi

Yogyakarta, kota yang tak pernah lelah memeluk tradisi, kini menyaksikan persilangan antara masa lampau dan masa depan. Di tengah hiruk pikuk Malioboro yang khas dengan deretan pedagang dan aroma gudeg, andong wisata simbol ikonik pariwisata Keraton telah memasang jembatan ke era digital QRIS Andong Wisata.

Program digitalisasi ini bukan sekadar tren, melainkan solusi praktis yang disambut baik oleh para kusir andong. Bagi mereka, seperti Edi Purnomo dan Agus, QRIS telah mengubah cara bertransaksi, menjadikannya lebih lancar dan aman.

Sebelum QRIS hadir, transaksi tunai sering kali diwarnai beberapa masalah klasik yang memusingkan. Edi Purnomo menceritakan bagaimana kusir andong kerap dipusingkan oleh dua hal yakni uang palsu dan uang kembalian.

"Kalau enggak pakai QRIS, kadang ada uang palsu, atau yang paling sering itu kesulitan kembalian," ujar Bapak Edi yang merupakan seorang kusir andong di Malioboro.

Hal senada diungkapkan Agus, yang merasa QRIS menawarkan kemudahan ganda yakni mengantisipasi uang palsu dan memastikan pembayaran pas, sehingga kusir tidak lagi kesulitan mencari receh.

Bagi wisatawan, kemudahan ini sangat signifikan. Saat ini, banyak wisatawan, terutama domestik, yang terbiasa bepergian tanpa membawa banyak uang tunai.

Edi menjelaskan, dulu wisatawan yang tidak membawa uang tunai seringkali meminta andong berhenti di ATM untuk mengambil uang atau gesek tunai. Proses ini tentu membuang waktu perjalanan wisata.

"Sekarang lebih mudah, mereka enggak perlu bawa banyak uang di dompet," ujar Edi.

photo
Seorang wisatawan tengah melakukan pembayaran menggunakan QRIS kepada kusir Andong Wisata di area Jalan Malioboro, Yogyakarta. - (Maruka Bauw)

Kemudahan ini membuat andong tidak perlu lagi terhenti di tengah perjalanan, sehingga pengalaman wisata pun menjadi lebih efisien. Tak heran, saat ini semakin banyak wisatawan yang menggunakan QRIS, bahkan mereka malah meminta untuk membayar menggunakan QRIS.

Adanya perbedaan potongan biaya antar bank penyedia QRIS menjadi faktor penentu bagi para kusir andong. Inilah alasan mereka lebih memilih Bank BPD DIY sebagai mitra pembayaran digital, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang kusir.

“Besar potongannya. Kalau dari sini (BPD DIY), potongannya enggak. Cuma berapa? Nol koma berapa gitu. Kalau yang dari BRI atau mana itu sebulannya itu kisaran Rp 12 ribu potongannya," katanya.

Meskipun layanan pembayaran telah ditingkatkan, para kusir memastikan bahwa tarif andong tetap stabil dan tidak berubah. Harga sudah disepakati dan dipatok oleh paguyuban andong. Tarif umumnya berkisar antara Rp 100 ribu untuk rute pendek hingga Rp 300 ribu untuk rute panjang, yang meliputi Malioboro hingga Alun-Alun Keraton.

Saat diwawancarai Republika, para kusir menyampaikan bahwa sejauh ini, penggunaan QRIS berjalan lancar dan tanpa kendala teknis.

Namun, ada satu hal yang masih menjadi pekerjaan rumah, yakni pengguna QRIS Andong Wisata saat ini didominasi oleh wisatawan lokal. Harapannya, seiring waktu, wisatawan mancanegara juga akan memanfaatkan kemudahan ini, menyempurnakan citra Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang modern dan ramah digital.

Pihak perbankan sebagai penyedia layanan berkomitmen penuh untuk memperluas implementasi QRIS di seluruh armada andong wisata. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Sri Darmadi Sudibyo menegaskan bahwa digitalisasi adalah kunci agar andong tetap relevan bagi wisatawan modern.

"Sistem pembayaran non-tunai ini sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat yang datang ke Yogyakarta. Jangan sampai mereka kehilangan kesempatan. kami sebagai penyedia jasa atau pembayaran, kami akan terus melakukan secara bertahap supaya semua andong itu kalau bisa QRIS semua," ungkap Darmadi saat diwawancarai beberapa waktu lalu, Rabu (5/11/2025).

BPD DIY pun akan terus mendukung harapan pemerintah daerah agar Yogyakarta segera menjadi Smart City.

"Apa yang menjadi harapan Pak Gubernur, Pak Wali Kota adalah bagaimana digitalisasi itu menjadi sebuah target yang harus kita lakukan. Salah satu visi-misi Bapak Gubernur kan bagaimana penggunaan akses digital ini dapat dimanfaatkan. Ya, termasuk wisata dengan turunannya dapat menggerakkan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta," kata Direktur Utama Bank BPD DIY Susanto Rohmad.

QRIS Andong Wisata membuktikan bahwa teknologi dan tradisi dapat berjalan beriringan. Roda andong terus berputar membawa wisatawan, namun kini ia didukung oleh chip dan kode digital, menjaga keaslian Yogyakarta sambil membawanya melangkah ke masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement