
Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Pekan ini saya menjalani rangkaian agenda yang cukup padat: mulai dari menghadiri launching Aplikasi IKU–IKT, menjalani monitor dan evaluasi pelaksanaan hibah program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak (RIKUB), mempersiapkan materi kuliah umum, menguji seminar kemajuan penelitian doktoral, mereview diseminasi laporan akhir Hibah Internal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, hingga mendampingi simulasi Asesmen Lapangan Akreditasi Perguruan Tinggi. Hibah program RIKUB yang kami jalankan bersama Universitas Bumigora dan Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat mengusung judul “Pengembangan Sistem Machine Learning untuk Korpus Bahasa Sasak, Samawa, dan Mbojo Berbasis Gaya Kepribadian pada Wilayah Rentan.” Sementara itu, materi yang sedang saya siapkan untuk kuliah umum Metodologi Penelitian Program Studi Teknologi Informasi saya beri judul “Berani Meneliti: Kritis, Inovatif, dan Kolaboratif dalam TI.”
Dalam kedua kegiatan tersebut, saya kembali berhadapan dengan topik mengenai Natural Language Processing (NLP), sebuah bidang kajian dalam Informatika yang beririsan sangat erat dengan Artificial Intelligence (AI). NLP menjadi fondasi dari berbagai inovasi teknologi bahasa yang saat ini tengah maju pesat, mulai dari penerjemah otomatis, sistem chatbot, layanan asisten virtual, hingga analisis sentimen di media sosial. Kehebatan beragam aplikasi berbasis AI yang kita manfaatkan sehari-hari tidak dapat dilepaskan dari kemajuan bidang ini. Melalui NLP, komputer dilatih untuk mampu membaca, memahami konteks, menafsirkan makna, bahkan menghasilkan bahasa manusia dengan cara yang semakin natural. Kemampuan komputer dalam mengolah bahasa, baik dalam bentuk teks, suara, gambar, video, maupun multimodal yang dulu dianggap futuristik, kini telah menjadi bagian dari aktivitas kita, dan terus membuka peluang besar untuk pengembangan riset serta inovasi berbasis bahasa daerah, termasuk Sasak, Samawa, dan Mbojo.
Membaca kembali topik mengenai NLP mengingatkan saya pada masa studi doktoral antara tahun 2006–2009. Pada periode tersebut, penelitian saya berfokus pada pengembangan metode transliterasi teks Latin ke aksara Jawa, yang menuntut pemahaman mendalam terhadap konsep dan teknologi dalam bidang pemrosesan bahasa alami. Salah satu keluaran utama penelitian tersebut adalah perancangan algoritma transliterasi Latin–Jawa, yang selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk makro LaTeX serta aplikasi berbasis web. Aplikasi yang diberi nama JawaTeX ini menjadi salah satu kontribusi yang ditujukan untuk memfasilitasi penggunaan aksara Jawa dalam konteks digital.
Meskipun demikian, seperti yang kerap terjadi pada banyak hasil penelitian akademik, tantangan terkait keberlanjutan pengembangan dan pemeliharaan sistem menjadi isu yang tidak terhindarkan. Hal tersebut juga dialami oleh JawaTeX, yakni layanan aplikasi ini pada akhirnya tidak dapat dipertahankan karena keterbatasan sumber daya yang diperlukan untuk menjamin operasionalnya. Namun seiring dengan berkembangnya penelitian RIKUB yang memiliki irisan topik dengan penelitian sebelumnya, muncul kembali inisiatif untuk menghidupkan dan mengembangkan ulang JawaTeX agar dapat berfungsi dalam konteks kebutuhan dan teknologi terkini.
Salah satu luaran dari penelitian RIKUB adalah halaman web yang beralamat di https://korpussasambo.id, yang menyediakan korpus bahasa Sasak, Samawa, dan Mbojo (SaSaMbo) beserta contoh penerapannya dalam percakapan berbasis AI. Selain RIKUB, penelitian terdahulu yang juga mengusung tema terkait pengolahan bahasa alami adalah pengembangan korpus bahasa daerah di Indonesia, yang menghasilkan luaran berupa laman web di https://korpus.id. Pada laman https://korpus.id inilah rencana pengembangan kembali JawaTeX akan ditempatkan. Saat ini, versi terbaru JawaTeX masih berada pada tahap pengembangan, dan melalui proof of concept telah menunjukkan potensi untuk disesuaikan dengan perkembangan yang ada.
Tampak jelas bahwa keberlanjutan menjadi kunci bagi setiap inisiatif riset dan pengembangan teknologi, termasuk upaya pelestarian dan pemrosesan bahasa daerah. Luaran hasil penelitian yang dikembangkan membutuhkan komitmen jangka panjang agar manfaatnya dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat dan dunia akademik. Hal ini sejalan dengan pesan Al-Qur’an dalam Surat Hūd ayat 61 yang menegaskan bahwa manusia ditugaskan untuk memakmurkan bumi melalui ikhtiar pengembangan, pemeliharaan, dan pengelolaan yang bertanggung jawab, “Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).” Wallāhu a‘lam.