Senin 15 Mar 2021 09:06 WIB

Menengok Loji Freemason di Hotel Kota Malang

Awalnya, gedung ini justru dijadikan sebagai tempat dansa, rapat, dan pertemuan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
The Shalimar Boutique Hotel Malang
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Suasana beberapa ruangan dari The Shalimar Boutique Hotel Malang. Bangunan ini pernah menjadi loji organisasi Freemason pada 1930-an

Sekilas tentang Freemason

Khusnul Khotimah dkk dalam jurnal "Sejarah Eksistensi Jejak Freemasonry di Pusat Kota Malang Tahun 1933 sampai 1960" menjelaskan, Freemason pada dasarnya sebuah organisasi yang awalnya berkembang di Eropa. Organisasi ini didirikan atas Bapa Allah dan persaudaraan manusia. Metode pengajaran organisasi ini terdiri atas dasar moralitas, cinta persaudaraan dan amal.

Freemason di Negeri Belanda sempat mengalami permulaan tidak baik pada 1730-an. Hal ini mengakibatkan pelarangan Freemason untuk sementara waktu di wilayah tersebut. Situasi tersebut mengakibatkan individu-individu dari organisasi bertebaran ke sejumlah koloni Eropa.

Guru Besar Ilmu Politik dari Ohio University, Paul W. van der Veur dalam buku "Freemasonry di Indonesia" menjelaskan, loji Freemason pertama yang didirikan di Indonesia terjadi pada 1762. Bangunan yang berada di Batavia ini diprakarsai oleh JCM. Radermacher. Ayahnya dahulu pernah menjabat sebagai suhu agung pertama di Belanda pada 1730-an.

photo
Suasana beberapa ruangan dari The Shalimar Boutique Hotel Malang. Bangunan ini pernah menjadi loji organisasi Freemason pada 1930-an - (Republika/Wilda Fizriyani)
 

Paul mengaku informasi mengenai anggota Freemason periode 1860 hingga 1910 sangat terbatas. Jumlahnya tidak menentu, tapi diperkirakan mendekati 65 orang. Sebagian besar anggotanya berasal dari kalangan pemerintahan, militer seperti K van der Heyden, para manajer perusahaan penerbitan seperti Van Dorp & Co., para jurnalis seperti JA Uilkens, cendekiawan semisal EB Kielstra, dan anggota Dewan Hindia.

Adapun warga Indonesia pertama yang diterima menjadi anggota Freemason mulai terjadi pada 1844. Beberapa di antaranya seperti cicit Sultan Pontianak Abdul Rachman dan pelukis Raden Saleh. Sementara untuk warga keturunan Cina, yakni letnan Boen Keh yang diketahui memiliki pabrik gula.

photo
Suasana beberapa ruangan dari The Shalimar Boutique Hotel Malang. Bangunan ini pernah menjadi loji organisasi Freemason pada 1930-an - (Republika/Wilda Fizriyani)

 

Jumlah anggota Freemason dari warga Indonesia dan keturunan Cina terus meningkat di berbagai daerah. Menurut Paul, anggota Freemason Indonesia dan Cina lebih banyak berpusat di Jawa Tengah (Jateng) dan kerajaan di daerah tersebut. Dari total 292 anggota mason, 29 warga Indonesia dan delapan warga keturunan Cina.

"Dari sini, oleh sebab itu, terbukti bahwa keanggotaan Mason non-Eropa benar-benar ada lebih dari sekedar tanda-tanda keberadaan," kata dia.

Freemasonry turut berkembang di Kota Malang. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan loji yang kini menjadi bangunan The Shalimar Boutique Hotel. Kemudian beberapa nisan anggota Freemason di TPU Sukun, Kota Malang. 

Menurut Khusnul dkk, tokoh Freemason yang paling berpengaruh di Kota Malang itu dokter pendiri RS Lavalette. Sebab, tokoh ini tercatat sempat menjabat sebagai ketua Freemasonry di Malang. 

Pada 27 Februari 1961, Presiden Sukarno resmi melarang organisasi Freemasonry melalui penandatanganan UU Komando Militer Tinggi. Sukarno menilai Freemasonry memiliki dasar dan sumber yang berasal dari luar Indonesia. Organisasi ini juga dianggap tidak selaras dengan kepribadian nasional Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement