REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- MSV Studio bersama Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta menggarap film layar lebar berjudul Kinah & Redjo. Film ini terinspirasi dari kisah muda muda dari juru kunci legendaris Gunung Merapi, (alm) Mbah Maridjan.
Film biopik ini akan mengisahkan kisah cinta Mbah Marijan muda dengan istrinya, Mbah Ponirah, yang rencananya tayang di bioskop akhir tahun ini. Demi mencapai hasil maksimal, tim produksi film Kinah & Redjo melakukan riset yang mendalam.
Skrip film Kinah & Redjo dikembangkan melalui riset pada masa Mbah Maridjan saat masih muda. Didasarkan kepada wawancara terhadap putranya yang juga juru kunci Merapi saat ini, Mas Bekel Anom Suraksosihono, atau akrab dipanggil Pak Asih.
Pada 31 Mei 2022, sutradara Kinah & Redjo, Prof Suyanto dan Hernandes Saranela, berkunjung ke kediaman Pak Asih untuk meminta restu. Kunjungan itu didampingi dengan pemeran utama film, ada Annisa Hertami (Kinah) dan Aksara Dena (Redjo).
Sekaligus, meminta kesediaan Pak Asih menjadi penasihat dalam proses pembuatan. Dalam produksinya, Pak Asih didapuk sebagai narasumber utama karena sudah paham tidak hanya kisah orang tuanya, tapi situasi, kondisi, dan budaya masa tersebut.
Testimoni dari Pak Asih yang didapat selama silaturahim sejalan pula dengan keinginan Prof Yanto, sebagai penulis naskah film tersebut. Yang mana, ingin film tersebut erat dengan nilai-nilai budaya jawa yang kental dan penuh makna.
"Produksi film ini dibuat sarat makna agar generasi sekarang bisa mengenang dan meneladani nilai-nilai kehidupan yang dipegang teguh oleh almarhum Mbah Maridjan ," kata Suyanto, Sabtu (4/6/2022).
Dari sisi artistik, masukan Pak Asih menambah otentifikasi lokasi shooting yang diset sedemikian rupa agar sesuai kondisi ketika Mbah Maridjan masih muda. Baik dari sisi makanan, bangunan, atau kebiasaan dan budaya yang ada pada zaman itu.
Selain sowan ke kediaman Pak Asih, tim produksi Kinah & Redjo melakukan survei lapangan di berbagai lokasi shooting. Shooting rencananya berlangsung selama 16 hari pada pertengahan Juni. Istimewanya lagi, tim produksi merupakan kolaborasi.
Ada sineas profesional, seniman Yogya, dan mahasiswa-mahasiswa Komunikasi Amikom. Ada pula siswa yang berasal dari SMK Mitra Universitas Amikom Yogyakarta seperti SMK Prestasi Prima Jakarta, SMK BPI Bandung, dan SMK Daarut Tauhid Bandung.
Kaprodi Ilmu Komunikasi, Erik Hadi Saputra menambahkan, keterlibatan dalam film memberi penguatan dan pengalaman berharga bagi mahasiswa tentang industri film sesungguhnya. Jadi, nantinya mahasiswa bisa semakin mengembangkan potensinya.
"Untuk berkarir lebih jauh dalam industri film profesional. Kami menargetkan tiap semester ada satu film layar lebar, sebagai karya inspiratif dari Universitas Amikom Yogyakarta," ujar Erik.