Oleh : Prof Ema Utami*
REPUBLIKA.CO.ID, Pekan lalu dalam kolom Lentera ini telah sedikit dibahas mengenai ChatGPT. Walaupun jika dilihat dari Google Trends, pencarian kata kunci 'Chat GPT' di Indonesia termasuk tertinggal dibandingkan beberapa negara tetangga, namun saat ini terlihat semakin banyak pengguna Internet di Indonesia yang ingin mengetahui mengenai teknologi ini.
Semakin meningkatnya keingintahuan dari masyarakat di Indonesia ini juga tampak dimanfaatkan dengan baik oleh para content creator. Konten berformat tulisan maupun video dengan judul yang menarik minat pengguna Internet di Indonesia untuk meng-klik semakin banyak bermunculan.
Tidak dimungkiri bahwa hadirnya ChatGPT ini diyakini akan membuat disrupsi di banyak bidang. Beberapa pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh manusia tidak menutup kemungkinan akan segera digantikan oleh teknologi ChatGPT.
Bidang-bidang yang selama ini mengandalkan basis data pengetahuan dalam pengambilan keputusan bisa dipastikan akan dapat digantikan oleh teknologi ChatGPT. Pengembangan dari ChatGPT juga semakin meluas ke banyak bidang ilmu, termasuk kesenian. Uji coba penggunaan ChatGPT untuk membantu dalam pembuatan musik, lirik, bahkan lukisan sudah dilakukan.
Bidang pendidikan seperti yang telah disinggung pekan lalu di kolom Lentera ini, juga merupakan salah satu bidang ilmu yang telah terpengaruh oleh hadirnya ChatGPT. Kepiawaian dari ChatGPT dalam menyelesaikan berbagai soal dari berbagai bidang ilmu telah mengejutkan banyak pihak.
Sebagai contohnya di bidang Informatika. Dengan melakukan copy paste sebuah soal mata kuliah Bahasa Pemrograman maka dengan mudah dan cepat dapat dikerjakan oleh ChatGPT. Kemampuan ChatGPT untuk membuat program dalam berbagai macam bahasa pemrograman dan menyelesaikan berbagai persoalan bidang Informatika lainnya tentu harus menjadi perhatian tersendiri bagi para dosen.
Terus selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi merupakan sebuah kewajiban bagi mereka yang berada di bidang pendidikan, salah satunya tentu saja dosen.
Peningkatan kapasitas dan kemampuan diri seorang dosen menjadi hal yang wajib harus dilakukan untuk dapat terus mengikuti berbagai perubahan yang ada. Secara umum terdapat dua jalur yang dapat dilakukan oleh dosen dalam upaya ini.
Pertama adalah dengan melakukan studi lanjut S3 yang secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan seorang dosen. Kedua adalah dengan peningkatan jabatan fungsional yang juga dapat mendorong upaya peningkatan kapasitas diri seorang dosen. Peningkatan kewajiban seiring dengan naiknya jabatan fungsional tentu saja diharapkan dapat menjadikan seorang dosen memaksa diri untuk mau terus belajar.
Penugasan dalam rangka peningkatan kapasitas dan kemampuan diri sekaligus pembinaan karier dosen dengan memberikan dorongan bagi para dosen di Universitas Amikom Yogyakarta untuk mengikuti dua jalur tersebut serta melakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap para dosen yang sedang melaksanakan studi lanjut S3, telah kami laksanakan selama dua pekan ini.
Berbagai jawaban kami dapatkan dari hasil dorongan dan monev tersebut, baik yang berupa alasan mengapa belum mampu menyelesaikan studi S3 maupun adanya dosen yang mengajukan syarat tertentu untuk mau melanjutkan studi S3.
Selain lingkungan dan sistem, diri pribadi dari masing-masing dosen merupakan faktor yang memiliki peran utama untuk melakukan atau menyelesaikan studi lanjut S3 maupun mengurus kenaikan ke jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi. Kemampuan untuk bertanya kepada diri sendiri atau introspeksi diri menjadi kunci penting dalam hal ini.
Seperti halnya ChatGPT yang membutuhkan pengetahuan dari penggunanya untuk dapat memberikan hasil jawaban yang baik terhadap berbagai pertanyaan. ChatGPT tidak akan mampu menyampaikan hasil jawaban dengan baik jika pengguna tidak mampu menyampaikan pertanyaan dengan baik. Pentingnya bertanya ini juga diisyaratkan dalam Alquran dengan banyaknya kalimat tanya di dalamnya.
Salah satunya adalah dalam ayat 44 surat Al Baqarah, "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" Wallahu a’lam.
*Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta