Rabu 08 Feb 2023 04:13 WIB

Satu Tahun Teras Malioboro, PKL DIY Naik Kelas

Potensi fesyen di DIY dinilai sangat besar untuk meningkatkan perekonomian.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Wisatawan memasuki sentra penjualan cenderamata di Teras Malioboro 2, Yogyakarta, Kamis (26/5/2022.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Wisatawan memasuki sentra penjualan cenderamata di Teras Malioboro 2, Yogyakarta, Kamis (26/5/2022.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Upaya untuk membuat pedagang kaki lima (PKL) naik kelas terus diupayakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DIY. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, berbagai kebijakan pun diambil, salah satunya dengan relokasi PKL dari Jalan Malioboro ke Teras Malioboro 1 dan 2.

"Sebutannya bukan PKL lagi semestinya, karena faktanya mereka yang jualan di sini barang-barang juga makin bervariasi," kata Sultan dalam Perayaan Satu Tahun Teras Malioboro di Pelataran Teras Malioboro 1, Kota Yogyakarta, Selasa (7/2/2023).

Untuk menaikkan kelas PKL ini, Sultan menegaskan tidak hanya kualitas produk yang perlu diperhatikan. Namun, kerja sama saling menguntungkan juga dinilai perlu dilakukan.  

"Dan mungkin ada juga yang hanya menitipkan barang dagangannya (ke pedagang di Teras Malioboro), artinya sebagai produsen. Ini contoh saling menguntungkan dalam kerja sama. Selanjutnya, bagaimana kualitas produk dibuat sebaik mungkin agar bisa meningkatkan penghasilan juga," ujar Sultan.

Lebih lanjut, Sultan juga menegaskan agar pedagang di Teras Malioboro tidak khawatir terkait untuk pemasaran. Sebab, ia yakin bahwa pemasaran tidak akan bermasalah selama akses Teras Malioboro ke Jalan Malioboro masih terbuka.

Selain itu, pihaknya pun juga memiliki strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi DIY di 2023 ini. Yakni dengan mengupayakan bidang fesyen agar menjadi pendongkrak tumbuhnya perekonomian di DIY.

Menurutnya, potensi fesyen di DIY sangat besar untuk meningkatkan perekonomian selain di sektor pariwisata. Jika sektor fesyen dapat berkembang, maka akan banyak produsen di DIY yang akan terlindungi.

"Fesyen di sini tidak sekedar menjual baju dan celana, tapi juga kelengkapannya. Seperti sepatu, kaos kaki, aksesoris, perhiasan, tas dan topi. Dan potensi hal itu di Yogya sangat besar, karena kalau kita bicara fesyen, bisa dibayangkan berapa banyak produsen yang akan terlindungi dan tumbuh," ujarnya.

Meski begitu, ia menekankan pentingnya kreativitas, inovasi, dan konsistensi, serta sifat sabar untuk tumbuh dan berkembang dalam mengembangkan fesyen ini. Sultan pun berharap produsen yang terlibat dalam berbagai produk fashion dapat saling membantu dalam mengembangkan potensi fesyen di DIY.

"Kedepan semoga Teras Malioboro 1 bisa terus berkembang, karena nanti Teras Malioboro 2 juga akan pindah ke sini. Akan kita bangun dulu disisi utaranya, dan pembebasan lahan juga sudah selesai. Semoga 2024 sudah bisa pindah semua ke sini," jelas Sultan.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi mengatakan, peringatan usia satu tahun Teras Malioboro mengusung tema ‘Edipeni Loh Jinawi’. Makna Edipeni dikaitkan dengan tata display produk yang harus menarik, sedangkan Loh Jinawi berarti kemakmuran.

"Kesimpulannya, jika para pedagang mampu men-display produknya dengan indah dan menarik, maka mampu memberikan energi dan mendatangkan kesejahteraan," kata Siwi.

Peringatan tersebut juga dimeriahkan dengan Festival Teras Malioboro pada 7-12 Februari 2023. Penyelenggaraan ini, kata Siwi, menjadi bagian dari refleksi atas penataan kawasan Sumbu Filosofi yang terpadu, berkelanjutan dan humanis.

“Selanjutnya, festival ini juga untuk meningkatkan instalasi, akselerasi, dan kolaborasi kegiatan dan capaian-capaian inovasi bisnis di Teras Malioboro 1. Selain itu, dalam rangka mendukung misi budaya Sumbu Filosofi untuk mempublikasikan pada publik," jelas Siwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement