REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya mempercepat proses relokasi warga perumahan Klaster Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Pasalnya, permukiman yang dihuni sedikitnya 41 kepala keluarga (KK) ini sudah beberapa kali mengungsi setelah lingkungan mereka diterjang banjir, akibat jebolnya tanggul penahan luapan Sungai Babon.
Terakhir, lingkungan permukiman ini kembali terendam banjir akibat jebolnya tanggul di dua titik, yang terjadi pada akhir pekan kemarin. Hingga saat ini warga terpaksa harus mengungsi karena curah hujan masih cukup tinggi.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengungkapkan, pemkot akan mempercepat relokasi warga yang bermukim di lingkungan klaster Dinar Indah.
Saat ini, pemkot masih menunggu persetujuan dan dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkait dengan lahan relokasi ini yang masih diupayakan.
“Sebenarnya, di sana (dekat lingkungan Dinar Indah) ada lahan tetapi statusnya milik pengembang,” ungkap wali kota, usai mengikuti rapat koordinasi pembahasan masalah banjir di kawasan Meteseh dan Rowosari di kantor Setda Provinsi Jateng, Selasa (21/2).
Hevearita mengakui, pemkot akan menyiapkan rumah susun (rusun) untuk merelokasi warga Dinar Indah. Namun, pihaknya juga harus melalui prosedur dan legalitas bagaimana nanti status tanahnya agar penanganan untuk warga bisa komprehensif.
Lokasinya masih di sekitar Dinar Indah, karena masih ada lahan milik pengembang. “Tetapi kan tidak mungkin langsung dipakai, harus kita cari aturannya apakah itu memungkinkan atau tidak,” jelasnya.
Kalaupun lokasinya memungkinkan, paling tidak juga harus ada hitam di atas putih. “Kami beritikad baik, nanti kalau ada masyarakat yang maunya dibangun rumah, sudah lah, yang penting kita ini telah mengupayakan,” tegas dia.
Wali kota juga menyampaikan, ini merupakan apa yang bisa dilakukan oleh pemkot kepada warganya dan memang ada beberapa opsi yang memang harus dilakukan. Ini diharapkan dapat menyelesaikan problem warga di lingkungan klaster Dinar Indah.
Karena isu di lingkungan Dinar Indah ini sudah menasional, walaupun sebenarnya rumah di lokasi sekarang juga tidak berizin. “Tetapi dampaknya sudah berkali-kali, sehingga menjadi kewajiban bagi pemkot untuk memikirkan warganya,” lanjut Hevearita.
Masih terkait rencana penyiapkan rusun untuk relokasi warga Dinar Indah ini, sebelumnya juga telah disampaikan oleh Sekretaris daerah (Sekda) Kota Semarang, Izwar Aminuddin.
Pemkot Semarang, lanjutnya, tidak bisa memberikan lebih dari itu karena terkait dengan keterbatasan anggaran. “Kami hanya menyiapkan rumah susun, tetapi warga mau atau tidak menempati rumah susun kita kembalikan kepada warga,” ujarnya.