Kamis 09 Mar 2023 07:39 WIB

Kenalkan Jamu ke Milenial, UGM Luncurkan Kafe Jamu Acaraki Gama

Selama ini jamu identik dikonsumsi orang tua dan jarang tersentuh anak muda.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Peluncuran Kafe Jamu Acaraki Gama di Fakultas Farmasi UGM.
Foto: Dokumen
Peluncuran Kafe Jamu Acaraki Gama di Fakultas Farmasi UGM.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan Kafe Jamu Acaraki Gama. Keberadaan Kafe Jamu Acaraki di Fakultas Farmasi UGM ini dinilai sebagai upaya melestarikan budaya minum jamu dan mengenalkan jamu di kalangan generasi muda.

Dekan Fakultas Farmasi UGM, Satibi, mengatakan Acaraki Gama merupakan kafe jamu yang menjadi salah satu wujud kerja sama antara Fakultas Farmasi UGM dengan PT Acaraki Nusantara Persada dan BPOM RI. Kafe jamu Acaraki Gama ini juga sebagai bentuk implementasi pendidikan bagi mahasiswa guna meningkatkan kemampuan socioentrepreneurship di bidang obat tradisional.

Fakultas Farmasi juga terus berusaha mengembangkan penelitian obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. “Komitmen kita semua untuk melestarikan jamu sebagai budaya Indonesia dan mengenalkan jamu di kalangan masyarakat milenial,” kata dia.

Satibi menjelaskan jamu merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia yang telah terbukti secara empiris dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat.  Selain itu jamu Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif tinggi karena berasal dari keragaman budaya dan keraifan lokal masyarakat serta keragaman hayati yang tinggi.

Founder PT Acaraki Nusantara Persada, Jony Yuwono, menuturkan Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah dan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa. Keberadaan Kafe Acaraki Gama menjadi wujud kolaborasi berbagai pihak yang hadir untuk menginspirasi generasi muda sekaligus melestarikan jamu sebagai warisan budaya.

“Harapannya kedepan minat akan penelitian jamu juga bisa berkembang dan bersaing di tingkat internasional,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor UGM, Prof Ova Emilia, mengatakan selama ini jamu identik dikonsumsi oleh orang tua dan jarang tersentuh anak muda. Padahal jamu merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan secara turun temurun.

Adapun generasi muda sebagai penerus masa depan bangsa perlu memahami kembali kebudayaan minum jamu dan pemanfaatannya bagi kesehatan.

“UGM menyambut baik upaya kembali memperkenalkan jamu di kalangan masyarakat milenial, termasuk mahasiswa melalui kafe jamu ini  dilanjutkan dengan acara talkshow Jamu Goes to UGM untuk mengampanyekan budaya minum jamu serta mengedukasikan khasiat jamu yang menyehatkan dan aman dikonsumsi oleh masyarakat,” ungkapnya.

Kepala BPOM RI, Penny K Lukito, mengapresiasi terwujudnya kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri yang mendukung pelestarian jamu sebagai warisan budaya sekaligus memperkenalkan jamu kepada generasi muda. BPOM pun mendukung pengembangan dan pemanfaatan obat bahan alam sebagai bagian dari kampanye Bangga Buatan Indonesia guna mewujudkan kemandirian nasional.

“Kaum muda diharapkan dapat ikut menjadi duta dalam mengedukasi masyarakat dan memperkenalkan jamu secara lebih luas sebagai komoditi yang aman, bermutu, dan bermanfaat untuk memelihara kesehatan. Semoga dengan didirikannya cafe jamu di lingkungan perguruan tinggi dapat menjadi inspirasi untuk membangun jiwa enterpreneurship dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement