Selasa 11 Apr 2023 20:54 WIB

Pemprov Jateng Kirim Tim Trauma Healing Pulihkan Psikologis Korban Pencabulan

Selain itu, pemprov juga bakal membuka posko pengaduan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Kasus dugaan pencabulan oleh oknum pengasuh Ponpes Al Minhaj, Wonosegoro, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, mendapat perhatian serius jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Untuk menindaklanjuti kasus ini, pemprov akan melakukan sejumlah upaya, salah satunya mengirim tim trauma healing guna membantu psikologis para korban.

“Kami akan langsung terjunkan tim trauma healing untuk membantu pemulihan para korban,” tegas Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat konferensi pers ungkap kasus ini di Mapolres Batang, Jawa Tengah, Selasa (11/4).

Selain itu, pihaknya juga bakal membuka posko pengaduan agar jika ada korban lain bisa mengadukan. Demikian pula pemprov menggandeng Kemenag untuk mengevaluasi Ponpes Al Minhaj yang di lingkungannya juga terdapat sekolah madrasah.

Korban kasus dugaan tindak pidana pencabulan oleh oknum pengasuh pondok ini mencapai 15 orang. Umumnya korban merupakan santriwati di pondok yang juga masih berstatus sebagai pelajar dan satu korban merupakan perempuan dewasa.

“Akan kita evaluasi, apakah semuanya layak. Kalau tidak ya ditutup saja,” tegasnya. Gubernur menambahkan, kasus semacam ini bukan yang kali pertama diungkap.

Medio September 2022 lalu, di Kabupaten Batang juga ada kasus hampir sama dengan jumlah korban mencapai 22 orang. Maka itu, pengawasan pada sekolah, pondok pesantren, dan tempat lainnya mesti lebih ketat.

Pemprov bersama Kemenag juga akan mencari solusinya. Misalnya nanti disiapkan nomor khusus aduan di semua sekolah dan pondok agar semua berani melapor. Tidak hanya pencabulan, bisa juga bullying dan kejadian tidak sesuai lainnya dengan korban anak.

Masyarakat dan orang tua pun diimbau harus bisa berkomunikasi bersama putra-putrinya dengan baik. Meski ia juga meminta kasus ini tidak dijadikan sentimen negatif pada semua pondok pesantren.

“Ketika satu dua yang melakukan bisa mencoreng semuanya, tapi masih banyak ponpes yang hebat, bagus dan orang pengen anaknya ke sana. Jadi lebih selektif saja saat memilih pendidikan untuk anak," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement