REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Film pendek berjudul Lies (2023) karya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali meraih prestasi. Film ini lolos kurasi The Student World Impact Film Festival (SWIFF).
“Film Lies bermula dari luaran mata kuliah Sinematografi yang kami ambil di semester tiga bersama di Ilmu Komunikasi UMY, lalu sesuai arahan dosen pengampu kami kirimkan ke berbagai festival,” ujar Ahsan Jihadan Aulia Kariem, produser film Lies.
Mahasiswa semester empat Ilmu Komunikasi UMY ini menambahkan bahwa film Lies dibuat secara team work bersama satu kelas sebagai sebuah work flow produksi film.
Sebelumnya film Lies menang di festival film yang diadakan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Universitas Muhammadiyah Jember (2023), dan Pojok Sinema dari Dapur Film memberikan apresiasi pada April 2023.
Pada SWIFF, film Lies masuk nominasi honorable mention. “Informasi yang kami dapatkan ada tiga belas ribu film yang entry, dan alhamdulilah film Lies menjadi salah satu yang terpilih. Ini tentu berkat kerja sama dan proses yang kami jalani selama kuliah di Ilmu Komunikasi UMY,” ungkap Ahsan.
SWIFF diadakan pada 18 sampai 25 Juni 2023. Film-film yang lolos kurasi diputar secara online. Dalam situs resminya, SWIFF menyatakan bahwa mereka merupakan platform utama untuk menampilkan bakat artistik pembuat film mahasiswa dari seluruh dunia.
SWIFF telah membantu lebih dari 10 ribu pembuat film dari 120 negara setiap tahunnya, SWIFF menawarkan kesempatan kepada pembuat film untuk meningkatkan karir mereka dan mendapatkan eksposur di dunia hiburan.
Terbuka untuk semua mahasiswa dari seluruh dunia, SWIFF adalah kesempatan sempurna bagi pembuat film baru untuk mengasah keahlian mereka dan mempresentasikan karya mereka di layar lebar.
Pemutaran film yang menarik, pembicara inspirasional, dan penghargaan festival ini menjadikannya pengalaman yang menarik bagi para peserta yang tertarik dengan seni dan pengaruh film.
Sementara itu, dosen pengampu mata kuliah Sinematografi Ilmu Komunikasi UMY, Budi Dwi Arifianto menyatakan apresiasinya pada mahasiswa yang telah berproses.
“Produksi film ini merupakan bentuk dari Outcomes Based Education, di mana mahasiswa bisa merasakan alur kerja produksi film. Setelahnya film jadi diapresiasi dan diikutkan festival,” ujar Budi.
Sinopsis film Lies menarasikan Suroso, seorang petani yang memiliki keinginan menyukseskan anaknya menjadi sarjana. Namun, setelah Suroso ditinggal anaknya merantau ia menjadi gemar berjudi sabung ayam.
Di situlah Suroso ingin berusaha mendapatkan uang dengan berjudi sabung ayam. Akan tetapi keapesan Suroso mulai datang.
Pada saat dia kalah, anaknya yang bernama Lilis terus menagih uang untuk kewajiban membayar biaya kuliah. Kemudian saat akan bermain kembali Suroso malah kehilangan ayam jagoannya.
Suroso sangat kebingungan untuk bisa menggapai cita-citanya. Setelah berhasil mendapat uang, Suroso berhasil membuat anaknya sukses.
Kemudian saat liburan, Lilis memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Akan tetapi rumah yang seharusnya menjadi tempat Lilis pulang kini bukan milik mereka lagi.