Selasa 12 Sep 2023 15:04 WIB

Mahasiswa Banyak Terjerat Pinjol, Bukti Literasi Keuangan di Kampus Kurang

Perlu diperhatikan dampak negatif pinjol yang menjadi mirip dengan rentenir.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Pinjaman online (pinjol) ilegal
Foto: Tim infografis Republika
Pinjaman online (pinjol) ilegal

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pinjaman online yang tadinya merupakan terobosan dalam layanan keuangan, kini justru menjerat para mahasiswa yang menggunakan layanannya untuk memenuhi gaya hidup hedonisme.

Sebelumnya ratusan mahasiswa kampus IPB dikabarkan sempat terjerat pinjol hingga miliaran. Bahkan mahasiswa UI ada yang tega membunuh temannya untuk mencuri, motifnya untuk membayar utang pinjol.

Dan baru-baru ini survei acak yang dilakukan pihak kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyebutkan bahwa sebanyak 58 mahasiswa terjerat pinjol dari nominal kecil hingga puluhan juta rupiah.

Peneliti Institute of Public Policy and Economic Studies (INSPECT), Ahmad Ma'ruf menjelaskan, meski pinjol ini dianggap sebagai terobosan layanan keuangan yang cepat dan mudah dibandingkan perbankan, namun dampak-dampak negatifnya pun banyak dan menjadi mirip dengan rentenir.

Dampak negatif ini pun kerap kali dirasakan oleh kalangan yang literasi keuangannya tidak baik, seperti ibu rumah tangga dan mahasiswa. "Dan seringnya pinjol dijadikan skema Ponzi untuk gali lubang tutup lubang. Jadi kebanyakan konsumen itu tidak hanya ke satu pinjol tapi pinjam lagi ke pinjol lain buat melunasi utang pinjol," ujar Ma'ruf kepada Republika, Selasa (12/9/2023).

Menurut Ma'ruf, literasi keuangan itu tidak cukup dengan menyampaikan pesan, tetapi harus terus dilakukan hingga muncul kesadaran, yakni dengan adanya manajemen risiko.

Untuk mahasiswa yang banyak terpapar dengan media sosial dan gaya hidup hedonis, perlu diberi literasi keuangan dengan kesadaran atas manajemen risiko. Menurut Ma'ruf, mahasiswa jurusan ekonomi dan keuangan pasti diajarkan mengenai hal tersebut, tetapi belum tentu jurusan lainnya.

"Ini gaya hidup hedonis yang masuk ke anak muda, tidak lepas dari sosmed. Literasi finansial harus ada kesadaran terhadap manajemen risiko, dan gaya hidup, dosen di dalam kelas harus mengajarkan hal itu juga," ujar dosen Prodi FEB UMY ini.

Tidak hanya kesadaran mengenai bunga pinjol yang tinggi, mereka juga perlu diperingatkan mengenai kesadaran reputasi. Karena apabila meminjam hingga menunggak, pinjol akan menggunakan kontak yang diakses dari telepon peminjam untuk menagih ke seluruh kontak yang ada.

"Saya sering sekali dapat chat WhatsApp yang menagih pinjol, ini kan reputasi dipertaruhkan. Kalau pinjolnya sih tetap untung dengan cost mereka yang besar," jelasnya.

Selain dengan literasi keuangan, hal lain yang perlu diupayakan agar mahasiswa terjerat pinjol adalah dengan mempermudah akses pembiayaan dari perbankan atau koperasi yang ada di kampus.

Tapi tentunya akses pembiayaan tersebut hanya untuk mempermudah biaya kuliah, bukan gaya hidup hedonis anak muda. Apalagi untuk melunasi utang karena judi online.

"Makanya sebagai pengajar di kelas kita harus terus menyampaikan hal tersebut kepada para mahasiswa," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement