REPUBLIKA.CO.ID, WONOSARI -- Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih melakukan inspeksi mendadak ke dapur penyedia makanan MBG di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Planjan, Saptosari, pada Rabu (29/10/2025), pasca-insiden keracunan massal yang menimpa hampir 700 siswa dari dua sekolah di wilayahnya.
Dari sidak tersebut, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menemukan indikasi kuat bahwa bakteri Escherichia coli atau E Coli diduga menjadi penyebab ratusan siswa di Kapanewon Saptosari mengalami dugaan keracunan massal setelah menyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG).
"Diindikasikan dari air itu (sebelumnya) ternyata masih mengandung bakteri E Coli, dan beberapa waktu lalu sudah dites. Karena, bakteri ini yang membuat anak-anak itu diare," ujar Endah usai sidak di Dapur SPPG Planjan, Rabu.
Meski begitu, Endah mengatakan Pemkab akan melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan dan air galon yang digunakan di dapur tersebut. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan sumber pasti penyebab gangguan kesehatan yang dialami para siswa.
"Nanti juga akan dites hasil sampel makanan dan air galonnya, termasuk diperiksa waktu memasak, apakah memperhitungkan jarak antara proses memasak dengan pendistribusian makanan, sudah tepat atau belum," kata dia.
Endah menegaskan kasus ini harus menjadi evaluasi menyeluruh terhadap seluruh dapur penyedia makanan MBG di Gunungkidul. Ia menegaskan agar pengelola dapur lebih memperhatikan higienitas air, peralatan, serta bahan pangan yang digunakan dalam proses pengolahan makanan.
"Kalau nanti ada hal yang tidak diinginkan, dapur ini yang paling bertanggung jawab. Saya tidak ingin ada anak Gunungkidul yang menjadi korban lagi akibat kelalaian seperti ini," ucapnya.
Adapun dua sekolah yang menjadi korban dugaan kasus keracunan MBG ini yakni SMK Negeri 1 Saptosari dan SMP Negeri 1 Saptosari. Rata-rata anak dilaporkan mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan dalam program MBG.
"Sudah kita hitung, 695 anak terdampak diduga keracunan MBG," kata Endah.
Dari jumlah tersebut, rinciannya siswa SMK N 1 Saptosari yang terdampak sebanyak 1.154 anak, namun yang alami gejala keracunan ada 476 anak, termasuk 10 guru dan 33 siswa diketahui izin tidak masuk, namun belum terkonfirmasi apakah keracunan atau tidak. Sementara itu, di SMP N 1 Saptosari, sebanyak 420 siswa menerima MBG, dan 186 orang di antaranya mengalami gejala.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menyampaikan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menjelaskan sebagian besar siswa mulai menunjukkan gejala pada dini hari.
"Rata-rata keluhannya mual, pusing, diare," katanya.