Sabtu 09 Dec 2023 11:09 WIB

Dinkes Sebut tak Ditemukan Pneumonia Misterius di Yogyakarta Seperti di Jakarta

Tidak ditemukan pneumonia misterius yang disebabkan bakteri mycoplasma di Yogyakarta.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Karta Raharja Ucu
Pneumonia. Dinkes Yogyakarta menyebut tidak ditemukan pneumonia misterius di Yogyakarta.
Foto: Republika
Pneumonia. Dinkes Yogyakarta menyebut tidak ditemukan pneumonia misterius di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Yogyakarta menyebut kasus pneumonia di Kota Gudeg tersebut masih terkendali. Meski ada kasus pneumonia, tetapi dia menegaskan tidak ada ditemukan pneumonia misterius yang disebabkan bakteri mycoplasma seperti yang ditemukan di DKI Jakarta.

"Tidak ditemukan peningkatan kasus pneumonia secara signifikan, artinya relatif masih terkendali di Kota Yogyakarta," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Jumat (9/12/2023).

Lana menjelaskan, pneumonia merupakan bagian dari infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yakni ispa bawah yang sudah menginfeksi jaringan paru-paru. Pneumonia bisa disebab oleh infeksi bakteri, virus dan jamur.

Sedangkan, pada pneumonia yang terjadi di Cina disebabkan oleh bakteri mycoplasma, di mana banyak terjadi pada usia anak. Lana menyebut, untuk kasus pelaporan terkait pneumonia di Kota Yogyakarta terus dilakukan oleh rumah sakit maupun puskesmas melalui sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR) sejak awal Januari 2023 hingga saat ini.

Sejak pekan pertama di awal Januari 2023, dari RSUD Yogyakarta melaporkan 156 kasus pneumonia. Sedangkan, di puskesmas yang paling banyak yakni di Puskesmas Kotagede I yang melaporkan ada 119 kasus pneumonia.

"Di Puskesmas Mergangsan 95 kasus, dan Ngampilan 90 kasus. Ini jumlahnya kasusnya relatif sama di periode yang sama di tahun (2023) lalu. Jadi masih stabil pneumonianya," ungkap Lana.

Lana menjelaskan, sebagian besar pneumonia di Kota Yogyakarta ini tidak berat atau ringan. Dengan begitu, kasus-kasus yang ditemukan tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit maupun puskesmas.

"Mayoritas dapat diobati dengan rawat jalan. Obat-obatan untuk ispa secara umum di rumah sakit dan puskesmas juga sudah tersedia,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement