Sabtu 09 Dec 2023 12:26 WIB

Kenali Gejala Pneumonia pada Anak

Gejala awal pneumonia berupa munculnya ingus, batuk, demam, hingga nyeri saat menelan

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Bakteri pneumonia (ilustrasi)
Foto: En.wikipedia.org
Bakteri pneumonia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus pneumonia misterius yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma belum ditemukan di Kota Yogyakarta. Meski begitu, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyakit ini, dimana banyak menyerang usia anak.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Yogyakarta mengatakan bahwa kasus pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Meski belum ditemukan pneumonia misterius akibat bakteri mycoplasma ini, namun kasus pneumonia yang ada di Kota Yogyakarta masuk dalam kategori tidak berat atau ringan, dan tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.

Baca Juga

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah pun meminta masyarakat untuk mengenali gejala pneumonia ini.

Lana menjelaskan, gejala awal pneumonia bisa berupa munculnya ingus, batuk, demam, hingga nyeri saat menelan. Sedangkan, ciri khas pneumonia yakni sesak nafas karena sudah menyerang ke jaringan paru-paru.

"Pneumonia itu khasnya lebih kepada anak-anak, pada balita itu dengan adanya nafas yang lebih banyak atau lebih cepat," kata Lana di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Jumat (9/12/2023).

Selain itu, juga terjadi penarikan dinding dada untuk bernapas lebih banyak. "Ada penarikan dinding dada, jadi agak cekung. Itu juga kompensasi bernafas lebih dalam dan lebih banyak lagi sebagai upaya untuk menghirup oksigen yang lebih banyak," ucap Lana.

Dijelaskan Lana, pneumonia merupakan bagian dari infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yakni ispa bawah yang sudah menginfeksi jaringan paru-paru. Pneumonia bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur.

Sedangkan, kasus pneumonia yang terjadi di Cina disebabkan oleh bakteri mycoplasma, dimana banyak terjadi pada usia anak. Lana pun menekankan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan terhadap pneumonia ini.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), menggunakan masker mengingat penyakit ini dapat menular melalui droplet, hingga meningkatkan daya tahan tubuh, makanan bergizi seimbang, minum vitamin, dan istirahat yang cukup.

Pada anak, Lana juga menekankan agar dilakukannya imunisasi untuk mencegah pneumonia ini. Seperti imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) pada anak usia satu bulan, tiga bulan dan 12 bulan.

"Lalu ditambah imunisasi pentavalen. Masyarakat yang punya anak-anak bayi jangan sampai lupa atau terlewat (untuk imunisasi)," ungkapnya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo juga meminta masyarakat untuk tidak panik dengan pneumonia misterius, dimana kasusnya meningkat di Cina. Dijelaskan Singgih, Menteri Kesehatan sudah menyebut bahwa penyakit tersebut bukan virus baru, dan berbeda dengan Covid-19.

Bahkan, tingkat fatalitas atau kematiannya juga lebih rendah dibandingkan dengan Covid-19. "Masyarakat Yogyakarta tidak usah panik tapi kita waspada," kata Singgih.

Singgih menjelaskan, kewaspadaan terhadap pneumonia dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat. Termasuk menjaga PHBS seperti yang dilakukan saat pandemi Covid-19 yakni dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun, hingga menggunakan masker.

"Apabila tubuh dalam kondisi tidak sehat dianjurkan menggunakan masker, ini adalah bentuk dari kewaspadaan kita," ungkap Singgih.

Singgih juga meminta Dinkes Kota Yogyakarta untuk melakukan edukasi dan sosialisasi terkait penyakit pneumonia ini ke masyarakat. Begitu pun dengan edukasi dan sosialisasi terkait upaya pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan.

Selain itu, Singgih juga mengimbau masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) jika mengalami gejala pneumonia. Dikatakan bahwa fasyankes yang ada sudah bisa menangani penyakit pneumonia.

"Kalau masyarakat merasakan gejala-gejala yang mirip-mirip (pneumonia), maka segeralah menjangkau fasilitas kesehatan terdekat, bisa puskesmas dan rumah sakit daerah. Puskesmas di Yogyakarta sudah terakreditasi paripurna, jadi saya kira sangat bisa melayani masyarakat," jelas Singgih.

Berdasarkan data sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR), Dinkes Kota Yogyakarta menyebut sudah ditemukan ratusan kasus pneumonia ringan sejak pekan pertama Januari 2023 hingga saat ini. Meski begitu, kasus yang ditemukan dikatakan masih terkendali, artinya tidak ada peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2022 lalu.

Sejak pekan pertama di awal Januari 2023, dari RSUD Yogyakarta melaporkan 156 kasus pneumonia. Sedangkan, di puskesmas yang paling banyak dilaporkan pneumonia yakni di Puskesmas Kotagede I sebanyak 119 kasus pneumonia.

Disusul Puskesmas Mergangsan yang melaporkan ada 95 kasus, dan Puskesmas Ngampilan sebanyak 90 kasus. Jumlah kasus tersebut dikatakan relatif sama dengan periode yang sama di 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement