Senin 25 Mar 2024 21:56 WIB

Isu Warga Meninggal Akibat Leptospirosis, Dinkes Solo: Hasil Lab Negatif

Warga yang meninggal disebut sempat menjadi suspek penyakit leptospirosis.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Penularan penyakit leptospirosis.
Foto: Republika
(ILUSTRASI) Penularan penyakit leptospirosis.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo (Surakarta), Jawa Tengah, mengklarifikasi isu seorang warga meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis. Dinkes sudah mengonfirmasi kepada rumah sakit yang merawat pasien tersebut.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Solo Tenny Setyoharini mengatakan, ada warga berinisial S (60 tahun) yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan gejala panas, nyeri otot, mual, dan muntah. Pasien yang merupakan warga Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, itu kemudian menjalani tes leptospirosis.

Baca Juga

“Dirawat tanggal 19 Maret, tapi katanya sejak tanggal 17 Maret sudah sakit. Tes leptospirosis tanggal 19 Maret dan hasilnya langsung keluar saat itu juga,” kata Tenny, saat dihubungi awak media, Senin (25/3/2024).

Tenny mengatakan, pasien tersebut sempat berstatus suspek leptospirosis. Karenanya, dilakukan pengetesan. “Saya konfirmasi ke rumah sakit yang merawat dan di rumah sakit itu suspek, jadi dugaan. Tetapi, hasil labnya negatif, negatif leptospirosis,” kata dia.

Meski demikian, masyarakat di Kota Solo diminta tetap waspada akan penyakit leptospirosis. Penyakit leptospirosis disebabkan bakteri Leptospira. Bakteri tersebut dapat menyebar, antara lain melalui perantara urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus.

“Bakteri ini bisa masuk dari luka di tangan atau kaki saat kontak dengan air atau media yang tercemar kencing tikus yang ada (bakteri) Leptospira,” kata Tenny.

Menurut Tenny, sempat ada delapan kasus leptospirosis di Kota Solo, di mana sebagian meninggal dunia. Masyarakat diharapkan melakukan upaya-upaya pencegahan.

“Tahun kemarin ada delapan, yang sembuh empat, yang meninggal empat. Harapannya, masyarakat menjaga lingkungan agar lebih bersih, tidak membuat tikus bersarang di lingkungan rumah kita. Kalau habis beraktivitas cuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit,” kata Tenny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement