Senin 20 May 2024 23:46 WIB

Pemkab Demak Terus Dorong Satu Desa Satu Produk

Program satu desa satu produk diharapkan mendukung pengembangan UMKM.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Warga memproduksi ikan asap di Desa Wonosari, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
(ILUSTRASI) Warga memproduksi ikan asap di Desa Wonosari, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak, Jawa Tengah, terus mendorong realisasi program satu desa satu produk (One Village One Product/OVOP). Program tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta menggerakkan perekonomian desa.

“Dari sejumlah organisasi perangkat daerah terkait memang sudah mendukung program One Village One Product atau OVOP melalui berbagai kegiatan, seperti pelatihan membuat kerajinan hingga pengemasannya,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Demak Akhmad Sugiharto, Senin (20/5/2024).

Baca Juga

Akhmad mengatakan, di beberapa desa sudah muncul aneka produk yang bisa didorong menjadi produk khas desa setempat. Di antaranya batik tulis maupun batik lukis khas Demak, pengasapan ikan, kerajinan eceng gondok, kaligrafi, olahan buah mangrove, rebana, dan produk jambu.

Menurut Akhmad, pada rapat koordinasi dengan kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pihaknya juga mendorong pemerintah desa untuk mewujudkan program OVOP. “Selain bisa meningkatkan roda perekonomian masyarakat, tentunya bisa menjadi bagian dari upaya pemberdayaan UMKM lokal menjadi lebih berdaya saing,” ujar dia.

Salah satu perajin produk berbahan baku eceng gondok asal Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Sumartiningsih, mengaku dapat menghasilkan sejumlah produk, antara lain tas, tempat tisu, vas bunga, gantungan kunci, sandal, dan baki untuk buah-buahan. Harga jual produknya disebut bervariasi, mulai dari Rp 5.000 hingga mencapai sekitar Rp 800 ribu.

Dalam upaya mengembangkan usahanya, Sumartiningsih mengaku mengikuti kegiatan pelatihan yang digelar Pemkab Demak, seperti pelatihan pemasaran dan pengemasan produk. Ia juga mengaku pernah diajak mengikuti kegiatan studi banding.

“Agar menjadi produk andalan di desa, tentunya membutuhkan dukungan untuk mengembangkan usahanya agar lebih maju, baik tenaga kerja maupun bahan bakunya, karena sebagian masih harus didatangkan dari Semarang,” ujar Sumartiningsih.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement