REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebagai bentuk kepedulian terhadap pencegahan HIV, dosen Fakultas Kebidanan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menerapkan homebased intervention untuk para ibu hamil dan pasangannya. Intervensi homebased adalah intervensi kunjungan rumah yang dilakukan bidan untuk memberikan pemahaman melalui pemberian KIE dilengkapi dengan media promosi kesehatan berupa leaflet dan video animasi berdurasi kurang dari lima menit.
"Homebased ini dilakukan sebanyak dua kali untuk memberikan materi Program Pencegahan Penularan Infeksi HIV dari ibu ke anak (PPIA) di kunjungan pertama dan materi tes HIV ulang untuk kelompok berisiko di kunjungan kedua," ujar penanggung jawab intervensi homebased, Dhesi Ari Astuti dalam siaran pers, Sabtu (6/7/2024).
Dhesi mengungkapkan intervensi homebased untuk mempengaruhi perilaku tes HIV pada ibu hamil ini dilakukan di wilayah Puskesmas yang berada di Kabupaten Sleman dan Kulonprogo. Ia menyampaikan bahwa pelaksanaan PPIA di Indonesia merupakan kewajiban pada ibu hamil yang dilakukan satu kali pada saat kunjungan ANC pertama.
Pada bagan alur konseling dan tes HIV (KTHIV) dari kementerian kesehatan terdapat prosedur bagi petugas kesehatan untuk memberi pesan kepada pasien agar melakukan tes HIV ulang bila ada perilaku berisiko pada pasien, hal ini berlaku juga untuk ibu hamil. Perilaku berisiko HIV yang dimaksud adalah riwayat mengonsumsi alkohol dalam tiga bulan terakhir, pengguna narkoba jenis suntik, memiliki pasangan lebih dari satu dalam jangka waktu 12 bulan terakhir, pekerja seks, mengetahui pasangan yang HIV positif, melakukan hubungan seks tidak aman, sedang mengalami atau memiliki riwayat infeksi menular seksual.
Intervensi sebelumnya menyebutkan terdapat beberapa metode promosi kesehatan yang dapat digunakan dalam meningkatkan penyampaian layanan PPIA: 1) dukungan sosial/ peer mentor, 2) penggunaan pesan singkat/ SMS, 3) penggunaan kartu undangan selama kehamilan agar ibu dan pasangannya bersedia untuk melakukan tes HIV, 4) kunjungan rumah/ intervensi homebased. Namun dalam hasil pencarian literature secara sistematik yang dilakukan oleh Dhesi dan tim menunjukkan bahwa homebased intervensi adalah metode yang paling efektif.
Intervensi ini dilakukan pada Tahun 2020 di tengah kondisi angka Covid-19 yang naik turun. Bidan yang melakukan intervensi dibekali dengan Alat Perlindungan Diri (APD) yang memadai. Intervensi homebased ini juga diadopsi dalam pembentukan Kader Keliling HIV yang berkunjung ke rumah warga di salah satu wilayah Kalurahan di Gamping Sleman.
"Homebased intervensi sangat penting dilakukan karena untuk aksesibilitas bagaimana dapat menjangkau populasi yang kurang terlayani; kenyamanan untuk mengurangi kebutuhan akan seringnya kunjungan ke rumah sakit/ puskesmas; efektivitas biaya yaitu menurunkan biaya perawatan kesehatan dan terutama untuk pemberdayaan pasien untuk mendorong manajemen kesehatan mandiri," kata Dhesi.
Dhesi melanjutkan, ho Intervensi menawarkan banyak keuntungan. Tetapi ada banyak tantangan dan kelemahan yang perlu diatasi antara lain masih menjadi banyak diskusi terkait kualitas dan keselamatan perawatan. Oleh karena itu sentuhan dalam promosi teknologi kesehatan ke depan sangat diperlukan seperti penggunaan Internet of Things (IoT) dalam Kesehatan.