REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dua peristiwa bertolak belakang terjadi di dua gunung yang menjadi pasak Pulau Jawa. Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat yang membeku dan bersalju, sementara Gunung Merapi di Yogyakarta memuntahkan Awan Panas Guguran (APG).
Rentetan APG Gunung Merapi ini terjadi sejak 20 Juli hingga 25 Juli 2024 ini. Berdasarkan data yang dihimpun Republika dari informasi yang dikeluarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pada 20 Juli terjadi APG pukul 19.46 WIB. Dengan amplitudo maksimum 35 milimeter, dan durasi 119 detik, jarak luncur APG tersebut tercatat 1.200 meter.
Memang suhu dingin melanda Pulau Jawa saat puncak musim kemarau, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mengalami penurunan suhu menjadi 19-23 derajat celcius. Situasi ini diperkirakan akan terjadi hingga Agustus 2024.
Pada 22 Juli, Merapi kembali meluncurkan APG pukul 04.04 WIB dengan amplitudo maksimum 40 milimeter. APG ini tercatat dengan durasi 126 detik, dan jarak luncur 1.200 meter.
Selanjutnya, pada 23 Juli terjadi APG pukul 06.33 WIB dengan amplitudo maksimum 27 milimeter, durasi 98 detik, dan jarak luncur 1.000 meter. Pada 24 Juli, juga tercatat APG pukul 15.46 WIB dengan amplitudo maksimum 34 milimeter, durasi 117 detik, dan jarak luncur 1.000 meter.
Sedangkan, pada 25 Juli ini kembali terjadi APG yang diluncurkan Merapi pukul 00.05 WIB. APG ini tercatat dengan durasi 102 detik, amplitudo maksimum 43 milimeter, dan jarak luncur 1.000 meter.
“Seluruh APG tersebut mengarah ke barat daya atau Kali Bebeng,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso.
Saat ini, aktivitas Gunung Merapi masih di tingkat siaga atau level 3. Untuk itu, masyarakat diminta agar tidak berkegiatan di daerah yang masuk dalam potensi bahaya Merapi.
“Masyarakat diimbau untuk menjauhi daerah bahaya yang direkomendasikan,” ucap Agus.