REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kauman menjadi lokasi dan rangkaian terakhir kegiatan Telusur Rasa yang merupakan bagian dari Gelora Rasa Ramadhan 2025. Kegiatan berkonsep culinary walking tour yang digelar oleh Republika dan Dje Djak Rasa yang digelar Ahad (23/3/2025) tersebut diikuti oleh puluhan peserta, dengan tujuan memperkenalkan kuliner dan mempelajari gastronomi khas kawasan tersebut.
Telusur Rasa Ramadhan di Kauman dilakukan dengan mengelilingi kawasan, mulai dari Masjid Kauman, PDHI, Museum Sonobudoyo, Titik 0 KM, hingga Pasar Kauman pada sore menjelang buka puasa. Selama kegiatan berlangsung, peserta diberikan edukasi tidak hanya terkait budaya, kuliner, maupun sejarah yang ada, tetapi juga mempelajari gastronomi, mengingat daerah di Kota Yogyakarta kaya akan kulinernya.
Amanda, salah satu peserta, mengungkapkan motivasinya mengikuti kegiatan tersebut adalah untuk mengisi waktu luang. Selain itu, dirinya juga pecinta jalan-jalan dan kuliner. "Menurut aku menarik banget sih acara ini karena ini bukan cuma jalan-jalan tetapi ada cerita-cerita tentang kuliner sama tentang sejarah destinasi yang kita lewati. Menurut aku acara ini menarik banget dan belum aku temui di tempat lain," ujarnya.
Perjalanan dilengkapi dengan pemandu acara yang menceritakan budaya seperti awal mula Masjid Kauman, Museum Sonobudoyo, dan Titik 0 KM, serta pengadaan kuis untuk puluhan peserta yang berpartisipasi.
Diceritakan, Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 29 Mei 1773, merupakan simbol harmonisasi sisi kebudayaan khas Kerajaan Yogyakarta yang sarat perjalanan sejarah dengan religiusitas masyarakatnya. Dua tahun berselang, pada 1775, masjid ini direnovasi. Arsitekturnya memadukan ciri khas Nusantara, khususnya Jawa, dengan beberapa ruang dan serambi yang digunakan untuk belajar dan mengaji.
Selama Ramadhan, Masjid Kauman mempersiapkan 1.000 porsi buka puasa dengan menu khas seperti gulai kambing dan oblok-oblok sayur tumbuk. Menu ini disajikan sebagai tanda untuk membatalkan puasa sebelum salat Id dan sebagai sajian untuk saling memaafkan, ungkap Nurul selaku pemandu acara.

Sementara itu, Museum Sonobudoyo diceritakan sebagai museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa, dengan poros imajiner yang melambangkan keselarasan dan keseimbangan, tambah Nurul. Peserta Telusur Rasa mencapai lebih dari 30 orang dan dibagi menjadi dua tim. Banyak peserta dari luar wilayah mengikuti kegiatan ini.
Anggit, peserta lainnya, juga mengungkapkan antusiasmenya mengenal tempat-tempat baru dalam kegiatan Telusur Rasa. Ia mengaku secara tidak sengaja melihat acara ini di media sosial sehingga tertarik untuk berpartisipasi. "Aku sih emang suka kegiatan-kegiatan telusur kayak gini dari berbagai jenis ya seperti seni rupa, kuliner, dan sejarah gitu makanya aku nyobain," katanya.
Peserta lainnya, Kevin, juga mengungkapkan manfaat dari kegiatan Telusur Rasa Ramadhan. "Setelah saya ikuti acara ini saya jadi tahu sejarah Jogja, kulinernya, dari arsitek bangunannya dan historis sejarah dari sebelum kemerdekaan Indonesia seperti apa," kata mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta tersebut.
Dengan kondisi cuaca yang sangat cerah dan mendukung perjalanan, peserta sangat bersemangat berjalan dan mempelajari gastronominya.
Titik 0 KM, yang dulu berada di Pos Indonesia, diceritakan pernah memiliki kolam atau air pancuran yang dihilangkan karena mengganggu lalu lintas akibat banyaknya orang berhenti dan bermain air. dan Gedung BNI, yang sudah ada sejak 1921, adalah gedung Art Deco yang pada mulanya merupakan kantor Nederlandsch-Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ, kini Asuransi Jiwasraya). Bangunan gedung tersebut tidak diubah karena sudah termasuk cagar budaya, ungkap Nurul.
Kepala Perwakilan Republika DIY-Jateng Fernan Rahadi menjelaskan acara Telusur Rasa Ramadhan terlaksana berkat kolaborasi Dje Djak Rasa dengan Republika. "Ini kolaborasi kita yang tahun kedua setelah tahun lalu. Kami melihat bahwa acara seperti ini penting untuk melestarikan kearifan lokal seperti budaya, serta kuliner tradisional di Yogyakarta. Kami berharap dengan adanya acara ini masyarakat bisa turut merawat kebudayaan dan kuliner lokal sehingga mereka akan tetap lestari hingga seterusnya," kata Fernan.
Sementara itu, salah satu tim pelaksana Dje Djak Rasa, Restu, menjelaskan tujuan dari rangkaian acara Telusur Rasa Ramadhan ini adalah untuk melestarikan gastronomi Indonesia. Ia pun bersyukur acara sore hari kemarin berlangsung dengan lancar salah satunya karena cuaca yang cerah.
Kegiatan Telusur Rasa Ramadhan kali ini digelar dengan sistem pay as you wish. Artinya, nominal yang dibayarkan peserta tidak ditentukan, namun diberikan secara sukarela sesuai dengan kesan dan pengalaman yang dirasakan atau didapatkan peserta.
Tahun ini, Telusur Rasa Ramadhan di Kauman di antaranya disponsori oleh Mandiri Utama Finance, Bank Syariah Indonesia (BSI), Warung Spesial Sambal (SS), Warung Oseng Ndeso, serta didukung oleh Sender Coffee.