Jumat 03 Oct 2025 16:08 WIB

300 Kantong Jenazah Disiapkan untuk Evakuasi 59 Santri yang Tertimbun di Runtuhan Ponpes Sidoarjo

Proses evakuasi kini memasuki tahap kedua dengan melibatkan penggunaan alat berat.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto saat memberikan keterangan kepada awak media terkait proses evakuasi dengan menggunakan alat berat, Kamis (2/10/2025).
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto saat memberikan keterangan kepada awak media terkait proses evakuasi dengan menggunakan alat berat, Kamis (2/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Tim SAR gabungan terus bekerja tanpa henti dalam proses evakuasi korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Dalam mendukung proses evakuasi ini, Basarnas telah menyiapkan lima unit crane, 30 ambulans, 30 dump truck, dan 300 kantong jenazah untuk mengantisipasi temuan korban meninggal dunia di bawah reruntuhan.

"Kami siapkan juga antisipasi kantong jenazah, ini ada tiga ratus kantong jenazah ya. Jadi kami tidak mau ambil main-main. Jadi kalau perlu satu misalnya satu harus perlu dua kantong ya kita siapkan jangan sampai di lapangan kekurangan," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, dalam konferensi pers di lokasi kejadian, Kamis (3/10/2025).

Hingga Kamis siang, sebanyak 103 santri telah berhasil diselamatkan. Sementara itu, lima orang dinyatakan meninggal dunia.

Suharyanto, menyebut masih ada 59 orang yang terdata hilang dalam insiden tersebut. Proses evakuasi kini memasuki tahap kedua dengan melibatkan penggunaan alat berat.

"Kami sudah tawarkan kalau Bapak Ibu warga masyarakat yang, keluarganya jadi korban. Kalau meminta kami untuk mencari seperti kemarin secara manual satu-satu untuk mencari yang selamat, kami akan lakukan tapi dari suara bulat mereka menyatakan 'sudah cukup Pak'. Sudah cukup karena sudah tiga hari, sekarang tolong itu segera dievakuasi menggunakan alat-alat berat dan apabila ada jenazah ditemukan segera dilakukan pengurusan sebagaimana mestinya sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing," kata Suharyanto.

Ia juga menyampaikan hasil upaya penyelamatan yang dilakukan hingga tadi malam tidak mendatangkan kabar yang menggembirakan. Dari hasil assemen pada Rabu (1/10/2025), malam, tidak lagi ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan di titik-titik reruntuhan yang telah diidentifikasi.

"Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hasilnya nihil (terhadap hampir 59 anak yang diduga masih terjebak di reruntuhan bangunan Ponpes tersebut -red)," ungkapnya.

Suharyanto mengatakan proses evakuasi dengan menggunakan alat berat ini dilakukan secara bertahap, di mana setiap pengangkatan balok atau struktur reruntuhan akan disusul dengan scanning ulang untuk memastikan tidak ada korban di bawahnya. Fase ini dinilai sangat krusial mengingat kondisi cuaca dan fase dekomposisi jenazah yang bisa menimbulkan risiko kesehatan di area pencarian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement